TEMPO.CO, Jakarta - Industri kertas tahun ini diprediksi masih tumbuh di tengah melemahnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi karena pelemahan nilai tukar rupiah. Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Misbachul Huda mengatakan penyelenggaraan pemilihan umum telah mendorong konsumsi kertas, khususnya untuk kertas suara. Pertumbuhan industri kertas tahun ini masih mencapai kisaran 4 persen. "Memang tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun lalu, tapi terbantu karena adanya pemilihan umum dan perubahan kurikulum 2013," katanya, Senin, 3 Februari 2014.
Menurut Misbachul, kebutuhan kertas untuk kertas suara mencapai 15 ribu ton. Itu belum termasuk kebutuhan kertas untuk pengemasan dan formulir selama pemilu. "Total kebutuhan kertas untuk pemilu mencapai sekitar 22-25 ribu ton," katanya.
Pertumbuhan industri kertas juga akan terbantu oleh meningkatnya kebutuhan kertas karena pergantian kurikulum di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. "Sekitar 200 juta eksemplar buku," katanya. APKI mengatakan untuk 200 juta eksemplar buku dibutuhkan setidaknya 40-50 ribu ton kertas.
APKI menyatakan masalah yang akan menghambat pertumbuhan industri kertas tahun ini adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Menurut Misbachul, dampak yang dirasakan masih berat karena mayoritas bahan baku kertas adalah barang impor, yaitu pulp. "Selama rupiah masih tertekan, ya, harga masih ada kemungkinan naik," katanya. Misbachul mengatakan, sepanjang tahun lalu, harga kertas sudah naik 15-20 persen, bergantung pada fluktuasi nilai tukar.
Konsumsi kertas tahun ini, kata Misbachul, juga berbanding lurus dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia. Menurut dia, kelas menengah baru biasanya akan mengalokasikan bujet untuk belanja. "Dan pasti saat belanja dibutuhkan kertas, baik untuk pengemasan dan pembayaran. Pasti konsumsi akan meningkat," katanya.
ANANDA TERESIA
Berita Lain
Jokowi Datangi Kampung Deret, Seorang Ibu Mengeluh
Beda Hibah Jokowi dan Fauzi Bowo ke Jabodetabek
Jokowi Nomor 1, Dahlan Nomor 2 di Twitter dan Facebook
Jokowi: Jakarta Kekurangan Truk Sampah