TEMPO.CO , Jakarta:Pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Ari Dwipayana, mengatakan koalisi antara Partai Golongan Karya dengan Partai Demokrasi Indonresia Perjuangan sulit terjadi di pemilihan presiden 2014. Alasannya, kedua partai itu merupakan arus utama yang mempunyai calon presiden masing-masing.
"Kecuali kalau ada putaran kedua dan salah satu tak lolos sehingga menjadi partai pendukung," ujar Ari ketika dihubungi Senin, 3 Februari 2014.
Ari mengatakan koalisi juga kemungkinan terjadi setelah pemilihan presiden baik penyusunan kabinet maupun di legislator. Ari menuturkan Golkar tak pernah menjadi partai oposisi. Namun, kata dia, PDI Perjuangan akan mempertimbangkan berkoalisi bila calon yang diusung Golkar menang.
"PDI Perjuangan akan melihat sepaham tidak ideologi pemerintahan yang akan dibentuk," katanya. Bila tidak, kata Ari, PDI Perjuangan tak segan menjadi oposisi seperti sepuluh tahun terakhir. Menurut dia, Golkar lebih pragmatis dibandingkan PDI Perjuangan yang melihat faktor ideologis.
Sebelumnya, Partai Golkar dan PDIP diprediksi akan bersaing ketat menjadi pemenang Pemilu 2014. Partai Golkar pun sempat menyatakan ingin berkoalisi dengan PDIP. Bahkan ingin membangun koalisi permanen dengan PDI Perjuangan dalam lima kali pemilihan umum. Golkar merasa punya kesamaan platform dengan PDI Perjuangan.
Pihak PDIP menyampaikan pembicaraan mengenai koalisi sudah dibicarakan di internal mereka. Namun mereka menganggap terlalu prematur membicarakan koalisi secara konkret. Partai berlambang banteng ini ingin fokus meraup suara sebanyak-banyaknya agar tidak tersandera politik ketika berkoalisi.
SUNDARI
Berita Terpopuler
Colek Keluarga Jokowi-Ahok, Bumerang Ani Yudhoyono
Bhatoegana, Ngeri-ngeri Suap dan Kawat Gigi
Eksekutor Feby Lorita Tertangkap di Siantar
SBY Minta Pertimbangan DPR Soal Pecat Azlaini Agus
Jokowi dan Risma Diadu oleh PDIP