TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Widjaja, menilai koalisi antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar tak realistis. Sebab, kata dia, keduanya sama-sama ingin mengajukan calon presiden jagoannya.
"Hitung-hitungan politiknya tak masuk akal jika kedua partai politik itu berkoalisi," ujarnya ketika dihubungi, Selasa, 4 Februari 2014.
Yunarto mengatakan keduanya sama-sama partai besar. Menurut dia, kecil kemungkinannya jika PDIP dan Golkar berkoalisi. "Kecuali Aburizal Bakrie mau mengalah jadi calon wakil presiden," kata dia.
Saat ini, Yunarto berpendapat, PDIP memang sedang naik daun lantaran efek Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Jadi, "Tidak mungkin mereka mau mengalah."
Saat ini PDIP harusnya tak perlu memikirkan koalisi. Sebab, menurut dia, koalisi hanya sebuah gabungan partai menjelang pemilihan capres. "Partai-partai kalah memang lazim mendekatkan diri ke partai pemenang untuk dapat berkuasa," katanya.
Selain itu, Yunarto berpendapat, PDIP akan berpotensi tersandera dengan koalisi yang dibentuknya sendiri, seperti Partai Demokrat. "PDIP harus berhati-hati jika ingin berkoalisi."
Sebelumnya Partai Golkar menyatakan ingin berkoalisi dengan PDIP. Bahkan ingin membangun koalisi permanen dengan PDIP dalam lima kali pemilu. Golkar merasa punya kesamaan platform dengan partai berlambang banteng itu.
PDIP menyampaikan bahwa pembicaraan mengenai koalisi sudah dibicarakan di internal mereka. Namun mereka menganggap terlalu prematur jika membicarakan koalisi secara konkret saat ini. Partai berlambang banteng itu ingin fokus meraup suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu legislatif terlebih dahulu.
AMRI MAHBUB
Baca juga:
Kronologi Pembunuhan Feby Lorita
Prabowo Tahu jika Anak Ahok Pengin Jadi Tentara
Bertemu Suami, Wali Kota Airin Berlinang Air Mata
Menpera Sebut Proyek 1.000 Tower Gagal karena Foke