TEMPO.CO, Jenewa - Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak Vatikan segera mencopot semua pastor yang diduga melakukan kekerasan terhadap anak yang terjadi sejak dua dekade lalu. Lembaga ini juga meminta para pelaku diserahkan kepada pihak berwenang sipil untuk menjalani proses hukum.
"Semua arsip tentang pelecehan seksual terhadap puluhan ribu anak-anak harus dibuka sehingga pelaku tidak bisa menyembunyikan kejahatan mereka," demikian tertulis dalam laporan PBB, Rabu, 5 Februari 2014.
Komite pengawas PBB untuk hak-hak anak menyatakan prihatin karena Takhta Suci tidak mengakui kejahatan yang dilakukan dan belum mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengatasi kasus-kasus kekerasan seksual terhadap anak. "Vatikan telah mengadopsi kebijakan dan praktek yang telah menyebabkan penyimpangan itu berlanjut melalui impunitas terhadap para pelaku," tulis laporan itu.
Lembaga ini memperingatkan gereja Katolik agar segera mengambil tindakan sebelum kasus skandal Binatu Magdalena di Irlandia terulang. Dalam skandal itu, gadis-gadis ditempatkan dalam kondisi kerja paksa. "Perlu ada penyelidikan internal sehingga yang bertanggung jawab bisa segera diseret ke meja hijau. Korban dan keluarganya juga wajib menerima kompensasi," bunyi laporan itu.
Sebuah komisi yang dibentuk oleh Paus Francis pada bulan Desember mulai menyelidiki semua kasus pelecehan seksual terhadap anak. PBB menemukan korban telah dipindahkan dari paroki ke paroki atau negara lain dalam upaya untuk menutup-nutupi kejahatan. Sedangkan semua pastor juga dilarang membuka informasi ke pihak luar perihal kasus pelecehan seksual yang terjadi.
Januari lalu, komite dari PBB telah mendesak Vatikan agar membuka kasus itu. Delegasi Takhta Suci membantah bahwa Vatikan menutup-nutupi kasus dan menjelaskan telah menetapkan pedoman yang jelas untuk melindungi anak-anak.
ASIAONE | EKO ARI