TEMPO.CO, Kupang - Ratusan warga pesisir pantai Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga Kamis, 6 Februari 2014, masih bertahan di tenda- tenda pengungsian. Mereka khawatir bencana banjir rob (gelombang pasang) masih melanda wilayah itu.
"Kami masih trauma dengan gelombang pasang yang melanda rumah kami," kata Marience Banamtuan, pengungsi yang masih bertahan di tenda pengungsian.
Banjir rob yang melanda wilayah pesisir Kota Kupang sejak Ahad kemarin menyebabkan ratusan rumah rusak, kapal nelayan diterjang banjir, dan ratusan warga mengungsi ke tenda- tenda pengungsian yang disiapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Rata- rata warga yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima (PKL) dan nelayan itu akan kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa di rumah mereka pada siang hari. Sedangkan malam harinya, mereka memilih kembali ke tenda pengungsian.
Berdasarkan data BPBD setempat, jumlah pengungsi mencapai 159 jiwa dari 43 keluarga. Dari jumlah itu, terdapat 40 balita dan anak-anak serta 43 wanita.
BPBD mencatat jumlah korban banjir rob itu ada 307 keluarga. Korban banjir rob tersebut tersebar di beberapa kelurahan, yaitu di Kelurahan Namosain 87 keluarga, Pasir Panjang 199 keluarga, dan Kelurahan Oesapa 21 keluarga. Banjir itu menyebabkan 178 rumah warga rusak. (Baca juga: 159 Warga NTT Mengungsi Akibat Rob)
YOHANES SEO
Berita lain:
Kalla Buka Rahasia Jokowi di Depan Caleg KAHMI
Sambut SBY, Ratusan Siswa Diusir Lantaran Berteduh
Hanya Jokowi yang Masuk Kriteria Capres Habibie
Bill dan Hurley Bercinta di Samping Kamar Hillary
Anas Urbaningrum Beberkan Soal Century ke KPK