TEMPO.CO, Surabaya - Sejak hari Senin lalu, 3 Februari 2014, rel dan jalan raya Porong Sidoarjo terendam banjir. Akibatnya, perjalanan kereta api dialihkan ke daerah lain dan tidak melewati ruasrel Porong Sidoarjo. Banyak yang menyalahkan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), bahkan sebagian anggota dewan mengatakan pihak BPLS yang harus bertanggung jawab dengan adanya banjir di Porong tersebut karena daerah itu tepat di sebelah barat tanggul lumpur Sidoarjo.
Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo menegaskan banjir yang terjadi di rel Porong bukan tanggung jawab BPLS. Pasalnya, berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang diberikan oleh Presiden, pihaknya sudah memenuhi semua yang diperintahkan. Mulai dari membangun tanggul lumpur, membuang genangan air, hingga pembangunan jalan arteri di sebelah barat tanggul lumpur Lapindo. Perihal pembangunan jalan arteri, dia mengaku hanya pada pembuatannya, sedangkan pemeliharaannya sudah dipasrahkan langsung kepada dinas terkait.
Menurut Dwinanto, pihaknya hanya ikut membantu menyedot genangan air dari rel kereta api dan jalan raya. Hal itu dilakukannya karena kebetulan mesin milik BPLS tidak dipakai maka digunakan untuk menyedot genangan air. Di samping itu, letak banjirnya tepat di bawah tanggul lumpur sehingga mesin penyedot BPLS bisa langsung difungsikan.
“Kalau dari tupoksi BPLS, tugas dari BPLS sudah selesai semuanya,” katanya saat ditemui di posko polisi penanggulangan bencana di sebelah barat jalan raya Porong Sidoarjo, Rabu, 6 Februari 2014.
Sedangkan untuk membantu banjir rel Porong ini, pihak BPLS mengoperasikan semua mesin penyedot yang dimilikinya, yang tersebar di sebelah barat jalan arteri dan di bagian barat tanggul lumpur Lapindo.
“Semuanya ada 14 unit, tujuh ada di daerah sepanjang arteri dan tujuh sisanya berada di sepanjang tanggul bagian barat, dua di barat utara, dua di barat tengah, dan tiga di barat selatan,” kata dia.
Mesin tersebut dioperasikan full selama 24 jam, kecuali ketika mau mengisi BBM baru dimatikan.
Pantauan Tempo, tampak tujuh mesin besar di sepanjang tanggul bagian barat. Mesin itu terus menyala seakan tak bisa mati. Air terus disedot dan dialirkan untuk dibuang. Mesin sebelah utara dialirkan ke Kali Porong, mesin yang di tengah dialirkan ke tengah lumpur untuk mencairkan lumpur, dan mesin di sebelah selatan dialirkan ke Kali Porong. Sekitar tiga hari mesin itu menyala terus, air pun mulai surut dan transportasi di jalan raya Porong mulai lancar. Namun rel kereta api belum bisa digunakan karena masih tergenang air.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Topik Terhangat
Sinabung | Banjir Jakarta | Pemilu 2014 | Jokowi | Gita Mundur |
Berita Terpopuler
Di Rumah Fahmi Idris, Ical dan Kalla Duduk Berdampingan
Ruhut: Anas Urbaningrum Ingin Tarik Ibas Masuk Jurang
Anas Urbaningrum: Ibas Bisa Diperiksa di Istana
Soal Imigran Gelap, Australia Geram kepada Indonesia
Satu Rumah Adik Atut Belum Tersentuh KPK