TEMPO.CO, Kupang - Gelombang kedatangan imigran gelap asal Timur Tengah semakin memanaskan hubungan antara Indonesia dan Australia. Kedua negara saling mengklaim kebijakan yang diambil adalah yang paling benar. Terakhir, Australia mengirim balik para imigran yang sudah memasuki perbatasan negara itu ke Indonesia.
Sebagian imigran terdampar di kawasan pantai selatan, seperti Pelabuhan Ratu dan Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Deputi V Bidang Koordinasi Keamanan Nasional Kementerian Koordinasi Politik, Hukum, dan Keamanan Bambang Suparno mengatakan kasus imigran gelap membuat pemerintah Australia geram kepada Indonesia. (Baca: Imigran Usiran Australia Diinapkan di Hotel)
Menurutnya, Australia menuding hanya orang Indonesia yang berani membantu pencari suaka itu menuju Australia. "Warga negara lain tidak berani mengantar imigran ke Australia. Itu yang ditakutkan Australia," kata Bambang saat menghadiri rapat koordinasi penanggulangan imigran gelap yang berlangsung di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), di Kupang, Kamis, 6 Februari 2014.
Bambang meminta aparat keamanan dan petugas imigrasi memantau gelombang kedatangan imigran yang melintas di perairan NTT. "Jika ditemukan warga negara asing, tanyakan identitasnya, karena patut dicurigai mereka itu adalah imigran gelap," ujar Bambang.
Rapat koordinasi dipimpin Kepala Kepolisian Daerah NTT Brigadir Jenderal Untung Yoga Ana, dan dihadiri Kepala Divisi Imigrasi Kupang, Wisner. Bambang menambahkan, selama 2013, 1.641 imigran gelap tertangkap saat hendak menuju Australia. Seratus dua puluh tujuh di antaranya telah dideportasi ke negara asal mereka. (Baca pula: Alasan Australia Usir Imigran Gelap ke Indonesia)
Wisner menjelaskan para imigran gelap ditangkap di sejumlah lokasi. Di antaranya, Pantai Oesapa, pesisir Rote Ndao, dan Pulau Kambing. Mereka berasal dari Afganistan, Iran, Irak serta sejumlah negara di Afrika.
Banyaknya jumlah imigran gelap yang ditangkap, kata Wisner, mengakibatkan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kupang penuh sesak. Secara bertahap mereka dipindahkan ke tempat lain. "Saat ini di Rudenim Kupang masih tersisa 171 imigran gelap," ujarnya.
YOHANES SEO
Berita Terkait
Kisah Pilu 90 Imigran Gelap di Hutan Cisarua
Pakai Kapal 'Mewah', Australia Kirim Imigran ke RI
Sekoci Imigran Gelap Ditemukan di Sukabumi
26 Imigran Myanmar Dipindahkan ke Makassar
Imigran Gelap Mengaku Disiksa Tentara Australia