TEMPO.CO , Jakarta - Maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines menyatakan sedang kesulitan pendanaan sehingga terpaksa tidak terbang. Sejumlah pelaku industri penerbangan justru mengaku tak masalah jika Merpati terpaksa ditutup seterusnya.
"Kenapa harus dipertahankan? Biaya yang digunakan oleh Merpati toh subsidi semua," kata praktisi industri penerbangan, Bayu Sutanto, kepada wartawan di WhiteSky Aviation Halim Perdana Kusuma, Rabu, 5 Februari 2014. (Baca juga: Dahlan Tegaskan Ada Dana Selamatkan Merpati)
Bayu mengatakan, sebagai sebuah badan usaha milik negara, Merpati tidak pernah meraup untung. Malahan, Merpati justru menghabiskan duit negara karena harus berkali-kali disuntikkan modal. "Kalau namanya aset itu ya harusnya menghasilkan uang. Kalau enggak malah menjadi beban karena artinya yang tidak naik pesawat ikut nyumbang," ujarnya. (Lihat juga: Pegawai Merpati Mulai Masuk Bergiliran)
Bahkan, Bayu membantah jika alasan untuk mempertahankan Merpati adalah aktivitas penerbangannya selama ini yang selalu membuka rute perintis. Merpati hanya melayani sekitar 10 persen dari rute-rute penerbangan perintis di Indonesia. "Dulu memang iya pada 1970-an, tapi sekarang enggak lagi. Ada maskapai lain yang membuka rute perintis," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler :
Gita Wirjawan Nyapres, Australia Terancam?
Nadella Datang, Bill Gates Pun Hengkang
Satya Nadella, CEO Baru Microsoft
Dirjen Pajak Mengeluh Pegawainya Kurang Banyak
Revisi UU Perbankan Tidak Libatkan Dirjen Pajak