TEMPO.CO, Damaskus - Saat anak-anak di belahan dunia lain tengah menikmati pendidikan dan masa remaja yang menyenangkan, sebagian besar anak-anak Suriah hidup di dalam tekanan. Pada usia 12-17 tahun, mereka telah dilatih, dipersenjatai, dan ditempatkan di sejumlah pos pemeriksaan untuuk membantu pertempuran kelompok pemberontak.
“Hilangnya orang tua dan kerabat, mobilisasi politik, serta tekanan dari teman sebaya, keluarga, dan masyarakat, mempengaruhi keterlibatan mereka dengan kelompok militan,” kata Wakil Menteri Dalam Negeri Faisal Mekdad, seperti dilansir BBC.
Berdasarkan hasil wawancara yang dihimpunnya dari keluarga dan anak-anak ini, mereka umumnya menyatakan bahwa keikutsertaan mereka dalam pihak oposisi merupakan bentuk tanggung jawab mereka terhadap negaranya.
Perekrutan ini telah menjadi perhatian khusus PBB. Memang, PBB tidak menerima adanya laporan mengenai perekrutan formal anak oleh pasukan pemerintah, tapi tentara dan milisi pro-pemerintah dikatakan telah mengintimidasi dan "memaksa" laki-laki muda--beberapa masih berusia di bawah 18 tahun--untuk bergabung dengan mereka.
Laporan mengenai perekrutan ini telah dirilis PBB. Dalam laporan tersebut, PBB juga menyatakan baik tentara pemerintah maupun tentara pemberontak melakukan kekerasaan terhadap anak, termasuk penyiksaan dan pelecehan seksual.
ANINGTIAS JATMIKA | BBC
Berita Lainnya:
Presiden Karzai-Taliban Gelar Pembicaraan Rahasia
Disney Diminta Bikin Kartun Putri Bertubuh Gemuk
Myanmar Tahan Lima Wartawan Gara-gara Berita