TEMPO.CO, Banyuwangi - Seorang pria mendatangi lapak Suratin, bertanya tentang tabloid Ototrend. Dengan cepat, perempuan 42 tahun itu menyodorkan satu eksemplar tabloid yang mengupas dunia otomotif tersebut. Sebelum si pembeli berlalu, Suratin memberikan selembar stiker segi empat berwarna biru. "Mohon doa dan dukungannya ya, Mas," kata Suratin dengan senyum merekah kepada pembeli bernama Yusuf itu.
Ada wajah Suratin di stiker tersebut, mengenakan jilbab berwarna senada dengan kertas. Namanya tertulis sebagai calon anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banyuwangi dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Ibu satu anak itu berada pada nomor urut sembilan di daerah pemilihan tiga yang meliputi Kecamatan Muncar, Srono, Cluring, dan Tegadlimo.
Sehari-hari Suratin bergelut menjual aneka koran dan tabloid dari lapak mungilnya berukuran 2 x 2,5 meter. Lapak yang dibangun sejak 2002 itu berada di simpang empat Kecamatan Muncar, 30 kilometer selatan Kota Banyuwangi. Selain membuka lapak, Suratin juga merangkap sebagai loper koran pada pagi hari.
Ada sekitar 60 eksemplar koran yang harus ia antar setiap hari ke pelanggan mulai pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Pelanggan korannya bermacam-macam, mulai rumah tangga, sekolah, puskesmas, dan beberapa instansi. Dia manfaatkan juga pekerjaannya itu untuk memperkenalkan diri sebagai caleg. Lembaran stiker tak lupa ia selipkan di setiap koran yang dijualnya.
Duduk sebagai anggota DPRD awalnya bukan cita-cita Suratin. Namun harapannya terbuka setelah mendapat tawaran dari temannya pengurus Partai NasDem. Dia tergiur karena menjadi caleg dari partai milik Surya Paloh itu tak perlu mengeluarkan duit saat mendaftar. "Dalam waktu sehari semalam akhirnya saya putuskan mau jadi caleg," kata perempuan lulusan SMA Negeri Srono, Banyuwangi, itu, Sabtu, 8 Februari 2014.
Suratin sadar betul modalnya pas-pasan, sementara berpolitik membutuhkan biaya. Dia telah mengeluarkan duit sekitar Rp 20 juta. Perinciannya, Rp 10 juta untuk membuat atribut seperti stiker, poster, dan baliho. Sedangkan Rp 10 juta sisanya biaya bagi konstituen, misal memberi rokok, makan, dan membantu biaya berobat calon pemilih yang sakit. Padahal penghasilannya dari jual koran hanya sekitar Rp 3 juta per bulan.
Suratin enggan menyebutkan dari mana dia mendapat modal Rp 20 juta itu. Namun Mujiono, suaminya, bercerita bahwa dia meminjam duit dari saudara dan koperasi. "Rezeki Tuhan selalu ada," kata Mujiono.
Mujiono yang juga loper koran itu mendukung penuh langkah istrinya. Dia aktif mengenalkan dan menyebarkan stiker Suratin saat mengantar 100 koran setiap pagi kepada pelanggan. Saat Suratin menjaga lapak setiap pukul 08.00-16.00 WIB, Mujiono yang berkeliling ke desa-desa.
Selain membagikan stiker, Suratin mencoba cara lebih modern untuk berkampanye yakni melalui media sosial Facebook. Namun tugas berkampanye di ranah dunia maya ini diserahkan kepada anak tunggalnya, Tino Firlangga Gusputra, seorang mahasiswa jurusan informasi dan teknologi di Banyuwangi. "Saya enggak bisa main Facebook," kata Suratin, tertawa.
Perempuan kelahiran Banyuwangi, 3 Juni 1972, itu tergerak menjadi caleg karena melihat kondisi masyarakat di sekitarnya. Setiap hari, kata Suratin, dia bergaul dengan tukang becak, tukang ojek, dan tukang sol sepatu. Dia paham betul dengan nasib kawan-kawannya yang setiap kali mengeluh harga sembako naik. Sedangkan penghasilan mereka cenderung tetap. "Saya ingin mengangkat nasib mereka," kata Suratin, warga Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Muncar.
Dari koran yang ia baca tiap hari, Suratin jadi mengerti bagaimana korupsi sedang melilit bangsa. Namun pemandangan kontras justru diperlihatkan wakil rakyatnya, seperti tidur dalam sidang paripurna, jarang masuk kantor, dan banyak yang tersangkut korupsi. "Kalau lolos, saya ingin kerja sebaik-baiknya dan tidak akan korupsi," begitu komitmen perempuan berambut panjang ini.
Suratin tak banyak memiliki pengalaman berorganisasi. Satu-satunya organisasi yang dia ikuti adalah Paguyuban Putra Nusantara, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial. Untuk menambah pengetahuan, ia makin gencar membaca seluruh koran dagangannya. "Saya belajar terus setiap hari," katanya optimistis.
IKA NINGTYAS
Berita Lain:
Dwiki: Mungkin 20 Persen Caleg Artis Berkuaitas
Nyaleg, Dwiki Dharmawan Nebeng Popularitas Istri
Meski Takut Cacing, Angel Janji Blusukan ke Sawah
Angel Lelga Rela Jual Hermes Demi Caleg PPP
Jadi Caleg, Angel Lelga 'Dilamar' Suryadharma Ali