TEMPO.CO, Jakarta - Meski Singapura protes, Panglima TNI Jenderal Moeldoko tak akan mengganti nama KRI Usman-Harun. Menurut dia, persoalan antara Singapura dan Indonesia sudah selesai tahun 1973. Saat itu Perdana Menteri Lee Kuan Yew berziarah ke makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan sambil menabur bunga. (Baca: Di Balik Ziarah PM Singapura ke Makam Usman-Harun)
Karena itu, Moeldoko heran dengan Singapura yang baru protes sekarang meski penamaan sudah sejak tahun 2011. “Itu sudah 2011 kenapa baru sekarang protes,” kata Moeldoko di DPR, Senin, 10 Februari 2014.
Sebelumnya Singapura mengkritik soal penamaan KRI Usman-Harun. Alasan negara itu, dua Marinir Indonesia itu bersalah dalam kasus pengeboman gedung MacDonald di Orchad Road pada 10 Maret 1965 saat era konfrontasi Indonesia-Malaysia. (Baca: Aksi Heroik Asal Mula Nama KRI Usman Harun). Dalam ledakan yang menewaskan tiga orang itu, Usman Haji Mohamed Ali dan Harun Said dinyatakan bersalah. Mereka dieksekusi di Singapura pada 17 Oktober 1968. (Baca: Bagaimana Upaya Terakhir RI Bebaskan Usman-Harun?)
Kritik Singapura itu pun berujung panjang. David Boey, mantan bidang koresponden pertahanan Straits Times, menulis kolom di Straits Times yang menyarankan agar KRI itu tak diizinkan memasuki perairan Singapura. (Baca: Tragedi di Balik Penamaan KRI Usman Harun) dan (Baca: Panas-Dingin Hubungan RI-Singapura).
SUNDARI
Terpopuler
Buntut Usman Harun, RI Mundur dari Singapore Airshow
3 Tanggapan Jokowi yang Tak Biasa Soal Capres
Publik DKI Lebih Pilih Mega Ketimbang Jokowi
Gadis Ini Nekat Cuit Foto Selfie Bugilnya