TEMPO.CO, Surabaya -- Sengkarut pengelolaan Kebun Binatang Surabaya (KBS) tidak lepas dari pengaruh empat kubu yang pernah bercokol lembaga konservasi tersebut. Mereka adalah kubu Stany Soebakir, Komang Wiyasa, Basuki Rekso Wibowo dan Tony Sumampau.
Seteleh Pemerintah Kota Surabaya masuk, keempatnya tersingkir. Namun, bara konflik belum mereda. Terakhir Wali Kota Tri Rismaharini melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi karena menilai ada indikasi korupsi di balik barter satwa KBS saat masih dipegang Tony.
Bagaimana awal kemelut di kebun binatang yang berusia hampir seabad itu versi Stany? Ditemui di rumahnya akhir Januari lalu, purnawirawan kolonel angkatan darat berusia 87 tahun itu bercerita dengan penuh semangat. Saat menemui Tempo, Stany, yang juga pernah menjadi ajudan Menteri Basuki Rahmad itu, ditemani oleh putrinya, Wuri Rukmawati. Berikut petikannya:
Bagaimana awalnya hingga konflik KBS jadi berkepanjangan seperti ini?
Konflik ini berawal pada 2009. Saya tidak menyangka. Kenapa? Karena orang yang bekerja di kebun binatang adalah orang-orang yang peduli dan cinta ke aset negara dalam bentuk satwa. Satwa itu kan juga punya kehidupan dan butuh kehidupan seperti manusia. Cuma kalau satwa itu bicaranya lain. Nah, kita harus tahu persis apa yang dimaui, dikehendaki, dirasakan. Itu harus dipunyai bagi mereka yang ingin melaksanakan dunia konservasi. Konservasi itu kan kesejahteraan satwa, karyawan dan pengunjung. Jadi, konservasi harus ada tiga unsur itu. Jangan cari keuntungan di kebun binatang, itu saya tentang betul.
Apakah ada pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan?
Dulu KBS mau dijadikan PT (perseroan). Saya tidak menyebutkan orangnya. Saya mau dijadikan komisaris. Saya menolak karena PT kan artinya bisnis, mencari keuntungan.
Langkah Anda waktu itu?
Saya menetapkan KBS tidak ada jual beli satwa. Kalau kita melakukan kerja sama dengan kebun binatang luar negeri itu maksudnya adalah penukaran. Apa yang mereka miliki dan kita butuhkan. Apa yang kita miliki dan mereka butuhkan. Itu sudah berjalan. Sehingga sewaktu saya jadi Ketua DPRD Kota Surabaya (1982-1987), itu saya manfaatkan. Kerja sama dengan Belanda, Jerman, Inggris dan Vietnam.
KBS jadi rebutan karena secara ekonomi menggiurkan? Konon pendapatan dari calo tiket dan tiket palsu besar?
KBS milik masyarakat. Oleh karena itu, kepentingan masyarakat harus diutamakan. Masyarakat butuh pendidikan dan konservasi. Masyarakat butuh pengertian, apa itu konservasi. Itu yang menjadi tugas utama. Karena saya menjadi orang yang paling tidak setuju dengan bisnis binatang, lalu ada upaya-upaya agar saya keluar dari KBS. Saya dipaksa keluar sekitar Juli 2009.
Keluar itu maksudnya tidak boleh lagi di KBS?
Wuri: Oh, tetap. Sampai sekarang pun kalau teman-teman ada masalah, ada sesuatu, pasti ke Bapak atau ke saya. Saya kan juga pengawas KBS. Bagaimana, Bu, ini kok ada intervensi? Bapak sendiri pesan: nyambut gawe sing apik, nurut aturan.
Ada tudingan duit KBS masuk rekening pribadi pengelola?
Itu saya persilakan polisi membuktikan. Akhirnya polisi mengatakan tidak ada bukti korupsi kan? Saya punya rumah ini (di Margorejo Indah) luasnya sekitar 985 meter persegi, sempat dianggap didapat dari hasil korupsi. Ini bukan dari kebun binatang. Justru rumah ini saya gadaikan untuk membantu KBS.
Apakah ada orang-orang yang menggelapkan uang KBS?
Saya sulit mengatakan. Meskipun saya tahu siapa yang senang duit, siapa yang membawa duit, saya tahu, tapi saya terlalu takut untuk bilang.
Apakah Anda pernah mendengar bahwa lahan KBS diincar investor untuk dijadikan mal atau hotel?
Oh iya, itu informasi. Tapi informasi itu kan harus dicek. Saya enggak terlalu dengar informasi itu, ya supaya kita menghindari cekcok.