TEMPO.CO, Jakarta - Kebebasan Schapelle Leigh Corby, terpidana kasus penyelundupan ganja, menjadi daya tarik tersendiri bagi media Australia. Berdasarkan pemberitaan News Corp Australia, kisah Corby bisa dihargai hingga US$ 3 juta, setara Rp 36 miliar. "Termasuk cerita Corby pascapenjara," tulis News Corp Australia, Jumat, 7 Februari 2014. "Kisah itu bisa dibuat dalam bentuk buku atau film."
Menurut Kepala Badan Pemasyarakatan Denpasar Ketut Artha, Corby berhak mencari penghasilan, termasuk menjual kisahnya, meski masih dalam masa pembebasan bersyarat. "Asalkan dia berkata jujur, tidak berbohong," kata Ketut.
Untuk mengungkapkan segala kisah selama mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan, Denpasar, Corby harus mendapatkan izin dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, Ketut bakal terus memantau tingkah laku Corby selama pembebasan bersyarat.
"Jika Corby berbicara bohong atau mengatakan hal yang buruk tentang institusi Indonesia, kami akan memperingatkannya," ujar Ketut. "Kami juga bisa mempertimbangkan pencabutan pembebasan bersyaratnya."
Sebelumnya Perdana Menteri Australia Tony Abbot menyatakan pelaku pidana tak seharusnya mendapatkan keuntungan dari kisah kriminalnya. Adapun makalah parlemen federal Australia menyatakan terpidana atau terdakwa yang mencari keuntungan dari cerita mereka didefinisikan sebagai eksploitasi komersial. Baik cerita dalam buku ataupun film. (Baca: Corby Bebas, Ibunya Meloncat Kegirangan)
"Dan pemerintah Australia dapat mencoba menyita uang hasil penjualan cerita, baik yang dibayarkan di dalam atau luar negeri," tulis News Corp Australia.
CORNILA DESYANA | NEWS CORP AUSTRALIA
Terkait
DPR Duga Bebas Bersyarat Corby Dipolitisasi
Ke Luar Penjara, Corby: Kok Banyak Orang?
Ke Luar Penjara, Corby ke Vila Sentosa Seminyak Spa
Corby Bebas, Ibunya Meloncat Kegirangan