TEMPO.CO, Purbalingga - Nama Usman Janatin, pahlawan nasional yang gugur di tiang gantung pemerintah Singapura pada 1968 silam, hingga sekarang masih dielu-elukan di Purbalingga, Jawa Tengah. Bahkan, nama prajurit Korps Komandan Operasi, sekarang Marinir, itu diabadikan pada sebuah taman kota. "Taman ini dibangun pada 2010, tapi belum selesai," kata Manager Operasional Owabong, Suharno, Senin, 10 Februari 2014.
Dulu taman itu diurus oleh pemerintah daerah. Karena tak berkembang, lantas pengelolaannya diserahkan kepada Perusahaan Daerah Owabong. Rencananya, taman ini akan diresmikan pada bulan ini.
Suharno mengatakan untuk menata kembali taman Owabong, pihaknya sudah mengucurkan dana hingga Rp 10 miliar. Taman ini, kata dia, memuat dua wahana permainan, yaitu wahana luar ruangan dan dalam ruangan. (Baca: Indonesia Batalkan Ikut Pameran Dirgantara di Singapura)
Wahana luar ruangan ini akan dilengkapi permainan kereta mini, istana balon, warm coster dan samba balon. Untuk permainan samba balon akan menjadi daya tarik sendiri karena wahana permainan ini baru ada satu di Indonesia. "Untuk kios-kios yang ada nanti akan kita sewakan ke masyarakat umum dengan harga Rp 15 juta per tahun," katanya.
Ia menambahkan, untuk wahana dalam ruangan, nantinya akan dibangun arena permainan anak-anak 1-10 tahun dan arena game untuk remaja. Materi game adalah permainan modern yang memberikan edukasi kepada anak-anak. "Ruang karaoke akan kita ubah menjadi ruang salon SPA khusus Ibu-ibu dan anak-anak," katanya.
Suharno memperkirakan total pendapatan bisa mencapai Rp 1 miliar setahun. Taman Usman Janatin ini dibangun di atas bekas pasar lama Purbalingga, yang dibangun pada masa Bupati Triyono Budi Sasongko. Penamaan Usman Janatin sebagai taman semata-mata untuk mengenang keberanian sang pahlawan membela negara.
Nama Usman bersama Harun Said juga diabadikan pada kapal perang, KRI Usman Harun. Rupanya penamaan ini menyulut protes pemerintah Singapura. Negara ini menganggap dua pahlawan tersebut sebagai teroris karena mengebom gedung MacDonald di Orchad Road Singapura pada 10 Maret 1965 saat era konfrontasi Indonesia-Malaysia.
ARIS ANDRIANTO
Berita Terkait
Singapura Juga Batal Undang Sejumlah Perwira TNI
KRI Usman-Harun Bakal Berlayar di Indonesia Timur
Di Balik Ziarah PM Singapura ke Makam Usman-Harun
Hajrianto: Singapura Tak Punya Empati