TEMPO.CO, Jakarta - Mengendurnya tekanan dolar terhadap mata uang di pasar berkembang menjadi katalis penguatan rupiah. Dalam transaksi pasar uang hari ini, rupiah menguat 25 poin (0,21 persen) ke level 12.148 per dolar.
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Albertus Christian, mengatakan penguatan yang terjadi pada mata uang rupiah didorong oleh menguatnya mata uang regional. "Kekhawatiran investor terhadap kondisi pasar emerging market mulai mereda."
Namun secara umum, pergerakan rupiah sebenarnya masih di kisaran 12.150 hingga 12.200 per dolar. Belum adanya sentimen positif baru membuat rupiah bertahan di ekuilibrium tersebut.
Karena itu, pasar akan mencermati beberapa informasi penting esok hari, di antaranya pidato gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang baru, Janet Yellen, rilis data neraca perdagangan Cina, dan rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Bila Yellen memberi sinyal pemangkasan stimulus lebih agresif, reaksi pasar akan negatif dan mata uang bisa kembali tertekan. Namun data neraca perdagangan Cina bakal menjadi penyeimbang pidato Yellen. Neraca perdagangan Cina pada Januari diperkirakan surplus US$ 24,6 miliar. "Perlambatan ekonomi Cina tidak seperti yang ditakutkan investor," kata Albertus.
Selain itu, pasar juga akan menanti keputusan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan (BI Rate). Diperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunga di level 7,5 persen.
Mata uang regional cenderung menguat hingga pukul 16.48 WIB. Dolar Singapura menguat 0,23 persen, won Korea naik 0,03 persen, rupee India menguat 0,19 persen, dan baht Thailand naik 0,21 persen.
PDAT | M. AZHAR