TEMPO.CO, Kediri - Juru bicara Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Edy Purwanto, menegaskan Pemerintah Kabupaten Kediri tidak pernah mengangkat Mbah Ronggo sebagai juru kunci Gunung Kelud. Oleh karena itu, masyarakat diminta tetap memperhatikan dan mengikuti imbauan petugas Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) bencana alam untuk menjaga keselamatan.
Menurut Edy, Pemerintah Kabupaten Kediri sejak dulu tidak pernah menunjuk atau mengeluarkan surat keputusan (SK) kepada siapa pun, termasuk Mbah Ronggo, untuk menjadi juru kunci Gunung Kelud. Bahkan, dalam menghadapi letusan Gunung Kelud yang aktivitas vulkaniknya meningkat, pemerintah tidak melibatkan Mbah Ronggo. “Kami hanya berhubungan dengan lembaga formal, bukan paranormal,” kata Edy kepada Tempo, Rabu, 12 Februari 2014.
Namun, sebagai tokoh masyarakat yang dihormati oleh penduduk sekitar Kelud, Edy tak mempermasalahkan jika sosok Mbah Ronggo diakui sebagai juru kunci. Hanya saja kakek tersebut diharapkan mengindahkan imbauan petugas jika sewaktu-waktu diungsikan.
Pengawasan dan pengelolaan Gunung Kelud, menurut Edy, diserahkan sepenuhnya kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung dan Dinas Pariwasata setempat. Lembaga itu dianggap lebih mampu dalam membaca aktivitas vulkanik dengan didasarkan teori kegunungapian yang bisa dipertanggungjawabkan. (Baca: Status Gunung Kelud Naik Jadi Siaga).
Pada saat dimintai konfirmasi, Mbah Ronggo mengaku sangat kecewa dengan sikap pemerintah. Dia menegaskan pengangkatan dirinya sebagai juru kunci dilakukan oleh mantan Kepala Desa Sugihwaras Bejo Utami, yang kini sudah meninggal dunia. Bersama warga di tiga desa sekitar Kelud, Bejo Utami mengumumkan pengangkatan itu. “Saya diangkat oleh masyarakat, bukan pemerintah,” ujarnya.
Oleh karena itu, Mbah Ronggo mengatakan seluruh peringatan dan imbauan yang dikeluarkannya terkait aktivitas Gunung Kelud hanya diperuntukkan bagi warganya. Mbah Ronggo juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemerintah yang tidak menghormati keberadaan juru kunci. Selama ini dia menjaga dan merawat gunung sendirian demi keselamatan warga.
“Pemerintah bahkan menuding saya sebagai provokator dan memperlakukan sebagai pesakitan saat evakuasi ketika terjadi letusan Gunung Kelud tahun 2007 lalu,” ucapnya mengenang. (Baca juga: Gunung Kelud: Setiap 6 Jam, 90 Kali Gempa).
HARI TRI WASONO
Terpopuler:
Jokowi Datang, Pemakaman Bubar
Usai 'Layani' John Weku, Feby Kontak Anggita Sari
Hary Tanoe: Masa Jaya Jokowi Sudah Lewat
2040, Manusia Akan Berjumpa Alien
Busway Pembelian 2010 Diduga Juga Bekas
Pastor Pembunuh Suster dan Anaknya Divonis Mati
KRI Usman Harun, Tak Ada Niat RI Buka Luka Lama