TEMPO.CO, Jakarta - Membaiknya data neraca perdagangan diperkirakan membuat Bank Indonesia belum akan menaikkan suku bunga. Pengamat pasar finansial, Albertus Christian, menilai Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) tetap di level 7,5 persen. Data neraca perdagangan yang positif dua bulan terakhir serta ekspektasi membaiknya defisit transaksi berjalan kuartal keempat mendorong BI untuk menjaga suku bunga. "Belum ada alasan yang kuat (untuk BI) kembali menaikkan suku bunga," ujarnya ketika dihubungi Rabu, 12 Februari 2014.
Pada Kamis, 13 Februari besok, akan dilaksanakan rapat Dewan Gubernur BI bulanan. Mulai pulihnya ekonomi Amerika Serikat masih akan mendorong prospek perdagangan di 2014. Walaupun di Cina masih terjadi perlambatan, tetapi masih sesuai dengan ekspektasi. (Baca juga: BCA Masih Ragu Naikkan Suku Bunga)
Selain neraca perdagangan, data neraca transaksi berjalan juga perlahan membaik. Di kuartal kedua 2013, neraca perdagangan masih defisit US$ 9,9 miliar atau 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara di kuartal keempat berkurang jadi US$ 8,4 miliar atau 3,8 persen dari PDB. "Di kuartal keempat, defisit transaksi berjalan bisa ditekan di bawah 3 persen," ujar Albertus.
Senada dengan itu, ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan PDB Indonesia diumumkan jauh lebih baik dari perkiraan akibat performa ekspor yang baik. Namun, tidak dapat dipungkiri PDB 2013 hanya mencapai 5,78 persen year-on-year, lebih lambat dari tahun lalu yang 6,23 persen year-on-year. (Lihat juga: Regional Positif, Rupiah Terapresiasi 25 Poin )
"Ditambah surplus neraca perdagangan dan cadangan devisa yang naik ke US$ 101 miliar, maka semakin kecil kebutuhan bank sentral untuk menaikkan BI rate," ujar Rangga dalam analisis yang diterima Tempo.
Namun, Rangga mengingatkan untuk tidak melupakan faktor premium risiko yang sedang naik, atau selisih antara yield surat utang negara (SUN) dan US Treasury 10 tahun masih di atas 600 basis poin. "Peluang yang mengecil bukan berarti tidak ada peluang."
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler :
Kementerian Perdagangan Ngotot Beras Impor Berjenis Premium
Transaksi Jumbo Perusahaan Minyak Indonesia-Iran
Kisruh Ekspor Mineral, Asosiasi Ajukan Uji Materi
Gita Wirjawan Kritik Laporan Majalah Tempo