TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu, mengatakan, penyebab utama mengapa Merpati tak bisa lagi bersaing di rute penerbangan perintis adalah karena armada pesawat yang sudah terlalu tua. Menurut dia, untuk menjalankan penerbangan perintis dibutuhkan pesawat baru dengan karakteristik yang tepat untuk jenis penerbangan tersebut.
"Memang Pak Dahlan ada benarnya. Pesawat-pesawat yang digunakan Merpati itu adalah pesawat jenis Twin Otter dan CASA 212. Ini memang pesawat lama dan harus diganti," katanya pada Tempo di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2014.
Menurut Said, Merpati sebenarnya memiliki keunggulan terbaik dalam hal layanan penerbangan di daerah terpencil. Ia mengatakan pilot-pilot yang dimiliki Merpati adalah yang terbaik untuk melayani penerbangan di daerah-daerah perintis. "Semua pilot Merpati, teknisi itu yang terbaik untuk daerah terpencil. Seperti di Papua, itu semua Merpati yang terbaik. Kendalanya hanya pesawat. Kalau pesawat sudah diganti ya Merpati bisa kembali menjadi yang terbaik," katanya.
Said mengatakan hanya ada satu cara agar Merpati kembali bisa mendominasi rute penerbangan perintis. Restrukturisasi harus segera dilakukan dan setelah Merpati mendapatkan kucuran dana, maka maskapai tersebut harus segera mengganti armada pesawatnya yang sesuai untuk penerbangan perintis. "Restrukturisasi harus jalan dulu," katanya.
Selasa kemarin, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengatakan Merpati sudah tertinggal jauh dari maskapai pesaing dalam industri penerbangan perintis. Menurut dia, pesawat yang dimiliki Lion Air atau Garuda lebih efisien. "Persaingan menjadi berat karena meerka pakai ATR yang lebih efisien dari MA60," kata Dahlan.
ANANDA TERESIA
Berita Terkait:
Stop Terbang, Merpati Tetap Jalankan KSO
Karyawan Merpati Mogok, Dahlan: Itu Wajar
Pemerintah Akan Bangkrutkan Merpati?