TEMPO.CO, Jakarta - Usman dan Harun, dua anggota Korps Komando Angkatan Laut, menulis surat terakhir untuk keluarganya terkait eksekusi mati yang dijatuhkan pemerintah Singapura kepada mereka. Surat itu ditulis sehari sebelum keduanya dihukum gantung pada 17 Oktober 1968.
Mengutip dari buku berjudul Usman dan Harun Prajurit Setia, Usman dan Harus begitu tegar dalam menghadapi hukuman mati. Itu terlihat dari isi surat yang mereka tulis. "Betapa tabahnya mereka menghadapi kematian," demikian tertulis di buku itu.
Usman menujukkan surat terakhirnya kepada ibunya, Tawangsari. Dalam isi surat tersebut, Usman memberi tahu permohonan ampunnya yang ditolak pemerintah Singapura sampai tanggal pelaksanaan hukuman gantung yang dijalaninya.
"Perlu ananda menghaturkan berita duka kepangkuan bunda keluarga semua di sini bahwa pelaksanaan hukuman mati ke atas ananda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 Hari Kamis Radjab 1388," begitu tulis Usman kepada Tawangsari.
Tak luput, Usman meminta maaf kepada ibu dan sanak saudaranya. "Ananda di sana tetap memohonkan keampunan dosa, kesalahan bunda dan saudara semua di sana dan mengihtiarkan sepenuh-penuhnya pengampuan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," tulisnya.
Isi surat Harun ke ibunya, Aswiani, juga tidak berbeda jauh dengan Usman. "Hukuman yang akan diterima oleh ananda adalah hukuman digantung sampai mati. Di sini ananda harap kepada ibunda supaya bersabar," demikian isi surat Harun ke Aswiani.
Usman dan Harun dijatuhi hukuman mati karena aksi pengeboman yang dilakukan keduanya di MacDonald House Orchard Road pada Maret 1965. Pengeboman di kompleks perkantoran di pusat kota itu menewaskan tiga orang.
SINGGIH SOARES
Terkait:
Jokowi: Jalan Usman Harun Ditetapkan Mei 2013
Singapura Tetap Minta Nama KRI Usman Harun Diganti
Trauma Usman Harun Sudah Ditutup 40 Tahun Lalu
Ketegangan KRI Usman Harun Tak Pengaruhi AEC