TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah mencatatkan penguatan tertinggi di antara kurs regional yang juga bergerak menguat. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang semakin membaik membuat investor global terus mengumpulkan aset-aset berdenominasi rupiah.
Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan penguatan rupiah didorong oleh nilai defisit transaksi berjalan kuartal IV yang berkurang menjadi hanya US$ 4 miliar atau setara dengan 1,98 persen nominal produk domestik bruto. (Lihat juga: Mampukah Rupiah Hari Ini Menguat Tajam Lagi?)
Perbaikan neraca transaksi berjalan tersebut tentu saja membuat sentimen penguatan rupiah terus terjaga. “Fundamental ekonomi yang terus membaik menjadi katalis positif yang mendorong laju rupiah,” kata Rangga dalam analisis hariannya.
Menurut Rangga, minimnya data ekonomi global penting yang dirilis pada hari ini, 17 Februari 2014, juga mempengaruhi pergerakan rupiah. Berlanjutnya tren pelemahan dolar setelah Janet Yellen, Gubernur The Fed, menegaskan untuk mempertahankan kebijakan suku bunga super-rendah di level 0,25 persen membuat sebagian mata uang regional masih terus menguat terhadap dolar. (Baca juga: Mengapa Rupiah Menguat Paling Tajam Se-Asia?)
“Data penting berikutnya yang bisa mengubah arah rupiah hanya HSBC Flash Manufacturing China PMI,” Rangga mengungkapkan.
Pada pukul 15.00 WIB, rupiah masih menguat 141 poin (1,19 persen) ke level Rp 11.673 per dolar. Disusul oleh peso dan ringgit yang juga naik masing-masing 0,61 persen ke level 44,45 per dolar dan 0,47 persen ke level 3,29 per dolar.
MEGEL JEKSON (PDAT)
Terpopuler:
Bos Sritex Lukminto Meninggal, Keluarga Terpukul
Demi Cucu, Bos Sritex Lukminto Ziarah Walisongo
Dampak Kelud, Dua Pekan Lagi Harga Akan Naik
Guyuran Abu Gunung Kelud, Daops 8 Tambah Gerbong