TEMPO.CO, Yogyakarta - Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari menyarankan konsep rehabilitasi sektor pertanian dan perikanan di DIY setelah hujan abu vulkanik di DIY perlu mendapatkan perhatian. "Karena gunung api banyak, masalah abu vulkanik akan sering muncul di banyak wilayah Indonesia," katanya, Rabu, 19 Februari 2014.
Dalam konteks mitigasi bencana, rumusan strategi penanganan efek abu vulkanik di sektor pertanian juga bisa menjadi pembelajaran ketika letusan gunung api lainnya terjadi. "Karena gunung api banyak, masalah abu vulkanik akan sering muncul di banyak wilayah Indonesia," katanya di Fakultas Pertanian pada Rabu, 19 Februari 2014.
Dia memberi contoh abu vulkanik pada sektor pertanian yang tidak selalu positif. Jamhari mengatakan abu vulkanik bisa menyuburkan tanah, tapi juga berpotensi mengganggu proses fotosintesis tanaman.
Pakar kajian tanah dari Fakultas Pertanian UGM, Azwar Maaz, membenarkan bahwa petani beragam komoditas pertanian, perkebunan, dan hortikultura di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu berhati-hati dengan pengaruh material abu vulkanik. Menurut dia, efek aman hanya tampak pada tanaman padi karena posisi daunnya tegak sehingga abu vulkanik cepat hilang. "Untuk tanaman yang posisi daunnya mendatar, abu vulkanik susah hilang kalau tidak disiram," katanya.
Azwar mengatakan abu vulkanik hasil letusan Gunung Kelud yang berukuran kecil dan tampak lembut bisa menutupi stomata daun sehingga mengganggu proses fotosintesis. Kali ini, menurut dia, yang paling terganggu akibat daunnya tertutupi abu vulkanik ialah tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan sayuran.
Saat merapi erupsi pada 2010 lalu, perkebunan salak menerima imbas berat sampai penghasilan petani pembudidaya tanaman ini turun 70 persen. "Tapi sekarang salak tidak terlalu terpengaruh," katanya.
Menurut Azwar, material halus abu vulkanik, seperti yang menghujani DIY, sebenarnya bahan cepat saji untuk pembentukan tanah yang subur. Namun dia mengingatkan proses penyatuannya dengan tanah butuh waktu lama apabila tanpa campuran lain. "Bisa cepat menyatu dengan tanah apabila dicampur tanah lama, kompos atau pupuk, dan bermacam bahan organik," katanya.
Sektor perikanan di DIY juga perlu perhatian setelah hujan abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud datang. Pengajar Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM, Bambang Triyatmo, mengatakan abu vulkanik yang banyak mengandung silica dengan tekstur runcing berpotensi menyebabkan iritasi pada lamela insang di tubuh ikan. "Asupan oksigen akan terganggu," katanya.
Kekeruhan air kolam tempat budi daya ikan juga bisa membuat plankton yang jadi sumber makanan mati akibat tak menerima sinar matahari yang cukup. Ikan pun mudah mengalami stres. "Air harus sering diganti agar pernapasan ikan tidak terganggu dan bangkai plankton tidak menjadi zat amonia dalam kolam," katanya.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM