TEMPO.CO, Jakarta - Aksi beli pada aset obligasi negara berhasil mengembalikan rupiah kepada tren penguatan.
Di transaksi pasar uang siang ini, rupiah mengalami apresiasi 54 poin (0,46 persen) ke level 11.794 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi pada perdagangan kemarin berhasil ditahan oleh lelang surat berharga negara (SBN). Rupiah justru bergerak naik karena lelang tersebut menyerap likuiditas uang yang beredar. "Rupiah diperkirakan mampu bertahan di bawah 12.000 per dolar AS," katanya.
Lelang SUN pada 18 Februari kemarin mencatat minat beli yang tinggi. Penawaran yang masuk mencapai Rp 23,33 triliun atau 2,3 kali dari target indiaktif sebesar Rp 10 triliun.
Menurut Lana, penawaran yang masih tinggi ini membuat pemerintah bisa menekan imbal hasil dari lelang kali ini jika dibandingkan dengan lelang sebelumnya pada 5 Februari lalu. Untuk tenor 10 tahun seri FR 070, imbal hasil tertinggi yang dimenangkan sebesar 8,55 persen, dibandingkan 9,08 persen pada lelang sebelumnya.
"Turunnya imbal hasil ini mengindikasikan minat beli yang masih tinggi disertai persepsi risiko investasi yang menurun," ujar Lana.
Kenaikan imbal hasil ini juga tertolong dengan penguatan rupiah yang mencapai di bawah level psikologis 12.000 dan BI rate yang tetap di tingkat 7,5 persen. Ditambah defisit transaksi berjalan yang turun signifikan dari 3,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) di kuartal ketiga 2013 menjadi 1,98 persen terhadap PDB di kuartal keempat 2013.
"Kemungkinan imbal hasil masih akan berada di kisaran antara 8,5 persen sampai dengan 9 persen di kuartal pertama 2014," kata Lana.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler:
8 Kasus Plagiat yang Menghebohkan Indonesia
Baru Ketemu Risma, Wisnu Sudah Cerita Proyek
Pesan Jokowi untuk Wali Kota Risma: Sabar ya, Bu