TEMPO.CO, Mountain View - Google menciptakan peta pemantau kerusakan hutan yang diberi nama Global Forest Watch. Peta ini mampu membidik wilayah hutan dengan format mendekati real time. Teknologi yang digunakan merupakan gabungan dari teknologi yang ada di Google Maps dan Google Earth.
Selain memanfaatkan teknologi yang sudah ada, Google mengumpulkan informasi dari sejumlah sumber, salah satunya Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA. Peta tersebut mampu menganalisis bagian hutan mana saja yang sudah terjamah, maupun lahan yang masih terlindungi.
World Resources Institute menyarankan lembaga konservasi untuk turut memanfaatkan Global Forest Watch. “Kerusakan hutan yang ditampilkan oleh citra satelit sudah terjadi sejak lama,” tulis mereka lewat situsnya, yang dilansir The Verge, Jumat, 21 Februari 2014.
Peta tersebut cukup detail dalam memantau suatu wilayah. Semisal Anda ingin melihat kerusakan hutan di Brasil yang terjadi beberapa tahun lalu. Dalam waktu cepat akan muncul data dan informasi mengenai di bagian mana saja kerusakan terjadi, serta wilayah mana saja yang sudah direhabilitasi.
Lembaga pencinta lingkungan hidup itu berharap negara dengan kerusakan hutan yang cukup parah juga turut memanfaatkan Global Forest Watch. Cara kerja peta ini dianggap efektif untuk memantau serta menganalisis kerusakan hutan dalam waktu singkat.
Ini bukan pertama kalinya Google membantu pemantauan terhadap kerusakan lingkungan. Akhir November lalu satelit Google Earth berhasil membidik perangkap ikan di Teluk Persia. Keberadaan perangkap tersebut sebelumnya tidak pernah diketahui. Hasil tangkapan di wilayah itu bahkan mencapai enam kali lipat dari jumlah yang selama ini dilaporkan. Simak berita tekno lainnya di sini.
THE VERGE | ENGADGET | SATWIKA MOVEMENTI
Berita lain
Ini Alasan Facebook Akuisisi WhatsApp
Google Sempat Menawar WhatsApp. Kenapa Ditolak ?
Dibeli Facebook, Data WhatsApp Bisa Dipakai Iklan
Project Tango, Ponsel dengan Sensor 3 Dimensi
Soal Iklan, Zuckerberg Sejalan dengan CEO WhatsApp