TEMPO.CO, Surabaya - Meski banyak disanjung para simpatisan mengenai prestasinya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak sedikit pun merasa bangga. Bahkan, ia tak bergeming ketika ditanya soal penghargaan sebagai Wali Kota terbaik tingkat dunia.
"Aku biasa aja. Apa sih bangganya jadi Wali Kota. Ya sudah lah nanti ini akan jadi sekadar catatan masa tua kalau pernah jadi yang terbaik. Tapi aku sama sekali enggak bangga," kata dia dengan nada dan ekspresi datar, Sabtu, 22 Februari 2014. (Baca juga: Wali Kota Risma Didukung Ikatan Alumni ITS)
Meski wanita kelahiran Kediri itu memperoleh penghargaan tingkat nasional maupun internasional, banyak pula tuduhan miring yang ditujukan kepadanya. Beberapa kalangan yang tak menyukainya menganggap apa yang dilakukan Risma hanyalah sebuah drama pencitraan. Sebab, menurut beberapa lembaga survei persiapan pemilihan umum, elektabilitas Risma berada di urutan pertama sebagai pesaing Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.(Baca juga: Risma Wali Kota Terbaik, DPR: Kita Harus Malu)
Seketika Risma menepis dugaan tersebut. Dia menjelaskan bahwa tak ada gunanya dia melakukan pencitraan. Pasalnya, sedikit pun tak ada keinginan untuk dia melenggang maju menjadi calon presiden, calon wakil presiden, atau sebagai Wali Kota di periode berikutnya.
Lagi pula, kata dia, di setiap agenda blusukannya, dia tak pernah mengajak awak media untuk mempublikasikan kegiatannya. Justru bila ada para wartawan yang mengikuti agenda blusukannya, ia merasa sangat risih.
Sebab, di saat itulah kesempatan Risma untuk benar-benar memikirkan solusi bagi permasalahan rakyatnya, bukan malah terganggu oleh pertanyaan dan sorot kamera media.
DEWI SUCI RAHAYU
Berita lain:
Pramono Edhie: Singapura Macam-macam Kencingi Aja!
Survei Capres: Prabowo-Hatta Kalahkan Mega-Jokowi
Jadul, Alat Penyadap Jokowi Dipasang Pake Lem