TEMPO.CO, Malang - Koordinator PDI Perjuangan Pro-Megawati (Promeg) Jawa Timur, Bido Swasono, mempertanyakan pendeklarasian kelompok Pro-Jokowi (Projo) di Warung Ngelencer, Pandaan, Pasuruan, Sabtu kemarin, 22 Februari 2014 . Bido khawatir keberadaan Projo di Jawa Timur justru ditunggangi pihak tertentu untuk memecah-belah kader PDI Perjuangan. "Saya khawatir mereka diperalat kelompok tertentu untuk mengacaukan PDIP," kata Bido, Ahad, 23 Februari 2014.
Bido menuding elite Projo sebagai penumpang gelap yang akan menusuk partai dari belakang. Kader senior PDIP ini juga menilai keberadaan Projo bakal mengancam soliditas partai yang tengah menjadi partai oposisi. "Mereka (kelompok Projo) bukan kader ideologis PDIP, mereka hanya mengejar jabatan saja," kata Bido.
Bido tak memungkiri bahwa Joko Widodo merupakan salah satu kader terbaik PDIP. Namun, menurut dia, Jokowi belum waktunya diusung menjadi calon presiden. Sebab, Gubernur DKI Jakarta itu belum teruji secara ideologi dan belum membuktikan loyalitasnya kepada partai. Selain itu, Jokowi juga dianggap belum terbukti mampu menghadapi tekanan lawan-lawan politik. "Dia cakap dalam manajerial, tapi belum bisa memimpin. Jika ada serangan dari luar, PDIP bisa hancur," kata Bido.
Bido tak percaya hasil survei yang mengunggulkan Jokowi dan menempatkan Megawati Soekarnoputri berada di urutan bawah. "Jangan terlalu percaya survei, lembaga survei bisa dipesan," katanya.
Menurut Bido, PDIP Promeg tetap bertekad mendukung Megawati sebagai calon presiden. Alasannya: Mega telah terbukti dalam menunjukkan kepemimpinannya selama ini. Bahkan ideologi Marhaenisme yang merupakan ajaran Bung Karno dia terapkan saat menjadi presiden, di antaranya dengan mengurangi utang negara, meski konsekuensinya harus menjual aset negara dan BUMN. "Mengurangi utang untuk menghentikan pengaruh asing terhadap kebijakan dalam negeri Indonesia," katanya.
Selain Mega, menurut Bido, belum ada trah Sukarno yang layak diusung sebagai calon presiden. Puan Maharani, kata dia, dinilai masih hijau karena belum berpengalaman memegang jabatan strategis di PDIP. Sedangkan kader PDIP yang lain juga belum menunjukkan kinerja terbaiknya. Selama ini, kata dia, hanya Mega yang berani melawan rezim pemerintah yang berkuasa.
Puluhan ribu massa Promeg di Jawa Timur, kata Bido, akan terus memperjuangkan pencalonan Megawati sebagai presiden. Pendeklarasian Mega menjadi calon presiden oleh Promeg digelar beberapa waktu di makam Bung Karno di Blitar. Pendukung Promeg terkenal loyal dan fanatik dalam mendukung Megawati. Bahkan sebagian pernah dipenjara pada zaman Orde Baru karena membela Megawati.
EKO WIDIANTO