TEMPO.CO, SLEMAN-– Banyak cara dilakukan warga untuk mengkritisi calon wakil mereka di Dewan Perwakilan Rakyat. Salah satunya dilakukan para seniman Daerah Istimewa Yogyakarta. Kritik itu dituangkan dalam pentas seni “Sinau Dadi Ratu’ di Padepokan Omah Petruk, Karangkletak, Hargobinangun, Pakem Sleman, Sabtu 22 Februari 2014 lalu.
Salah satu yang jadi lelucokan dan sindiran adalah slogan "Piye, Enak Zamanku to?' Sebuah kursi di panggung menjadi ikon rebutan para calon legislator yang diperankan seniman Wisben, Yu Beruk, Joned dan beberapa orang lain. "Iki dudu zamanmu," kata Anang Batas, salah satu seniman yang tampil, Sabtu malam 22 Februari 2014.
Sosok Bung Karno (Presiden Soekarno) dimunculkan salah satu seniman. Zaman Soekarno yang penting adalah Merdeka. Zaman Presiden Soeharto yang penting makan. Sedangkan zaman orde reformasi adalah zaman berjoget.
Pada orde baru, para pejabat diibaratkan saling sikut untuk memakan uang negara. Di zaman kepemimpinan dua kaki Susilo Bambang Yudhoyono para pejabat dan pemimpin saling berkiprah hura-hura dan banyak yang korup.
Iki dudu Zamanmu -- ini bukan zamanmu -- juga diartikan para pemangku pemerintahan saat ini lupa cita-cita Soekarno. Kemerdekaan yang dicita-citakan presiden pertama itu hingga saat ini belum tercipta. Justru saat ini Indonesia dijajah olleh negara asing. Aset-aset pertambangan baanyak dikuasai negara asing.
Drama singkat penuh celoteh dari para seniman ini mengajari para calon legislator untuk menjadi pemimpin yang baik. Kursi yang mereka. Rebutkan sesungguhnya milik rakyat. "Yang diedukasi hanya rakyat dalam pemilu. Calon anggota legislatif bagaimana?," kata Anang.
Bahkan, jika rakyat memilih salah satu ccalon legislator, dengan sinis para senimman hanya kasihan saja. Bukan karena pilihan.
"Kasian saja kalau memilih, daripada calon itu tidak punya pekerjaan," kata Hendro Pleret yang memerankan Soekarno.
Sindhunata, budayawan, menyatakan, saat ini banyak calon legislator yang instan. Tanpa dibekali ilmu politik yang memadai. Masyarakat yang diedukasi dalam pemmilihan umum. Namun para calon legislator justru masih 'abangan' alias masih hijau dalam berpoliyik dan menjadi calon pemimpin. "Sinau dadi ratu itu mengajari bagaimana menjadi pemimpin," kata dia.
MUH SYAIFULLAH