TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan terjadi fenomena wabah somasi dari para elite politik, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terutama dengan alasan pencemaran nama baik. Ray mengatakan, meski secara hukum somasi ini legal, dia menilai langkah para elite ini tak arif.
"Para pejabat, termasuk Presiden SBY, sebenarnya punya banyak ruang untuk membantah tuduhan yang dilontarkan kepada mereka. Jelaskan saja lewat media, saya yakin akan dimuat sebagai berita," kata Ray di Jakarta, Minggu, 23 Februari 2014. (baca: Kuasa Hukum SBY Selesaikan Fitnah Diam-diam)
Ray mengatakan somasi dari para elite ini bisa mematikan daya kritis yang sedang tumbuh di tengah masyarakat karena takut dengan ancaman hukum. Apalagi, Ray mengatakan, saat ini perlakuan hukum kepada para elite dengan masyarakat umum masih timpang. (baca: SBY dan Palmer Bahas Tuduhan 2 Jam di Istana Bogor)
"Secara teori memang semua orang setara di mata hukum. Tapi, lihat saja, kalau elite yang mensomasi, pasti cepat diproses oleh polisi. Sementara kalau antarmasyarakat yang mensomasi, lama sekali prosesnya," kata Ray.
Sejak dibentuk pada Desember 2013, tim pengacara keluarga SBY telah mensomasi tiga orang. Ketiga orang itu adalah Rizal Ramli, Fahri Hamzah, dan Sri Mulyono, aktivis Perhimpunan Pergerakan Indonesia, organisasi yang dibentuk mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Ray mengatakan sejumlah elite latah meniru SBY. Di antaranya mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md. yang mensomasi Ahmad Jazuli Abdillah, mantan juru bicara pasangan calon Gubernur Banten 2011 Wahidin Halim-Irna Narulita Dimyati, ke polisi. Ada pula calon anggota legislatif Partai Demokrat, M. Fadhlin Akbar, yang melaporkan seorang wartawan karena status BlackBerry Messenger sang wartawan.
Ada pula somasi dari DPD Golkar Nusa Tenggara Barat kepada koalisi Indonesia Corruption Watch dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) karena koalisi meminta transparansi dana partai. Ray mengatakan somasi ini adalah bentuk membunuh kritik dari masyarakat dan mematikan daya kritis masyarakat.
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE
Terpopuler:
Ada Setoran di Balik Label Halal Daging Australia
Demi Evan Dimas, Risma Batalkan Acara di Jakarta
Twitter Ridwan Kamil Dibanjiri Protes Jam Malam
Pulau Misterius Mendadak Muncul di Laut Bekasi