TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, memprediksi rupiah pada awal pekan berada pada level 11.700 sampai 11.900 per dolar Amerika. Pada perdagangan Jumat kemarin, rupiah ditutup di level 11.792. Dia memperkirakan rupiah akan mengalami tren penguatan.
"Sentimen yang masih ditunggu sampai bulan depan adalah rilis kinerja keuangan, neraca perdagangan, dan inflasi Januari, serta pengurangan stimulus The Fed," kata Lana ketika dihubungi, Senin, 24 Februari 2014.
Penguatan rupiah juga didukung dengan membaiknya beberapa indikator ekonomi antara lain berkurangnya defisit neraca perdagangan, inflasi, dan peningkatan surplus perdagangan. "Hal ini menyebabkan Indonesia oleh beberapa ekonom asing diprediksi sudah keluar dari lima negara rentan secara ekonomi. Itu semakin membuat investor asing percaya kepada Indonesia," ujar Lana.
Adapun Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini berada pada level 11.789-11.803. Menurutnya, laju nilai tukar rupiah akan melemah tipis setelah pelaku pasar kembali melakukan profit taking pascakenaikan signifikan beberapa hari terakhir.
"Di sisi lain, rupiah melemah oleh spekulasi bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan pemotongan stimulusnya," kata Reza. "Juga dipengaruhi oleh rilis data-data positif dari AS."
GALVAN YUDISTIRA
Terpopuler:
Ada Setoran di Balik Label Halal Daging Australia
Demi Evan Dimas, Risma Batalkan Acara di Jakarta
Langkah Politik Wali Kota Risma Dinilai Blunder
Twitter Ridwan Kamil Dibanjiri Protes Jam Malam
Pulau Misterius Mendadak Muncul di Laut Bekasi
Mahfud Md Anggap Pemerintahan SBY Gagal