TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama terus dimanfaatkan oleh rupiah untuk melanjutkan apresiasi di kisaran 11.600.
Di transaksi pasar uang pagi ini, rupiah kembali menguat 0,31 persen ke level 11.612 per dolar AS. Rupiah semakin perkasa seiring penguatan yang juga dialami mata uang regional Asia lainnya terhadap dolar AS.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan perbaikan fundamental rupiah masih terasa di tengah pelemahan dolar di pasar global. "Penguatan rupiah yang lebih tinggi dari mata uang rekan dagang memberi pesan bahwa faktor fundamental perbaikan neraca transaksi berjalan masih terasa," kata Rangga dalam analisa hariannya.
Di tengah tren pelemahan indeks dolar, kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) 1 bulan menguat ke level 11.633 kemarin sore. Sampai dini hari tadi, indeks dolar masih tertekan walaupun hanya tipis.
"Belum ada sentimen berarti yang bisa membuat dolar kembali menguat pagi ini, sehingga penguatan rupiah masih akan terjaga," kata Rangga.
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang negara (SUN) kembali naik seiring dengan naiknya imbal hasil US Treasury. Yield SUN tenor 10 tahun beranjak dari titik terendahnya semenjak awal November di 8,3 persen.
Pelaku pasar masih menanti data leading economy index Cina serta data perumahan AS nanti malam.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler:
Ada Setoran di Balik Label Halal Daging Australia
Pulau Misterius Mendadak Muncul di Laut Bekasi
Kasus Risma Hantam PDIP, Bukan Jokowi