TEMPO.CO, Yogyakarta - PT Angkasa Pura I (Persero) tetap bertahan pada desain awal rencana pembangunan bandar udara di pesisir selatan Kulon Progo berdasarkan survei lokasi yang pernah dilakukan.
Angkasa Pura menolak mengundur lokasi calon bandara, seperti yang dilakukan PT Jogja Magasa Iron yang menggeser lokasi pabrik pengolah bijih besinya ke timur. ”Lokasi enggak mungkin diundurkan. Kalau dipaksakan, berbenturan dengan sungai (Sungai Bogowonto),” kata Sekretaris PT Angkasa Pura I Farid Indra Nugraha saat dihubungi Tempo, Selasa sore, 25 Februari 2014.
Berdasarkan survei awal, lokasi calon bandara terletak di Kecamatan Temon, Kulon Progo, di lahan 684,5 hektare. Ada enam desa yang terdampak, meliputi Jangkaran, Palihan, Sindutan, Glagah, Kebonrejo, dan Temon Wetan. (Baca: Bangun Bandara Baru, Yogya Gusur Ratusan Keluarga)
Panjang sementara landasan 3.000 meter. Landasan akan diperpanjang pada tahap pembangunan bandara selanjutnya menjadi 3.600 meter. Alasannya, bandara itu nantinya akan melayani penerbangan langsung ke beberapa kota di negara lain. "Kalau hanya 3.000 meter, pakai Bandara Adisutjipto saja," kata Farid.
Sebelumnya, menurut Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Daerah Istimewa Yogyakarta Budi Antono, pertemuan Angkasa Pura dengan JMI mengenai kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) di Jakarta, 16 Januari 2014, telah memunculkan beberapa usulan.
Salah satunya, lokasi calon bandara dan pabrik sama-sama diundur lantaran lokasi keduanya hanya berjarak 1,5 kilometer. Padahal idealnya berjarak 3 kilometer. (Baca: Proyek Pasir Besi Bisa Ganggu Penerbangan Yogya)
JMI telah mengundur lokasi pabrik sejauh 3 kilometer ke timur. Sedangkan calon bandara diharapkan mundur 500 meter ke barat untuk meletakkan alat navigasi. Hanya saja, lokasi bandara menjadi berhimpitan dengan Sungai Bogowonto apabila diundurkan 500 meter. Hingga pertemuan pada 21 Februari lalu, belum juga ada titik temu. "Bangun bandara beda dengan bangun pabrik," kata Farid.
Menurut Farid, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan bandara berkaitan dengan keselamatan penerbangan, seperti runway end safety area (RESA), kemiringan landasan pacu (Fs), maupun approach area.
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Manusia dan Community Development PT JMI Heru Priyono kembali menegaskan kemampuan JMI untuk mengundur lokasi pabrik sudah maksimal. ”Kami sudah berusaha menyesuaikan dengan kemampuan kami. Kalau mentok, ya, kami serahkan ke pusat,” kata Heru saat dihubungi.
Rencananya, ujar Farid, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X akan mengundang Angkasa Pura, JMI, dan Dishubkominfo DIY dalam pertemuan di Yogyakarta, 28 Februari mendatang. Satu di antaranya akan membahas KKOP.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Terpopuler:
Ketika Sutan Bhatoegana Saling Bantah dengan Rudi
Bhatoegana Sangkal Terima Duit, Jaksa Akhirnya Putar Rekaman
Sutan Bhatoegana Akui Singgung Teman Ibas ke Rudi Rubiandini