TEMPO.CO, Jakarta - Froggy Edutography, pusat pengembangan dan motivasi anak bangsa, mengadakan Yee Sang Charity Night 2014 di Floating Castle (Istana Melayang) Froggy Edutography, BSD, Tangerang.
Program ini memberikan porsi pada peserta didik untuk memahami budaya dari kekayaan tradisi lama. Tradisi Yee Sang merupakan budaya etnis Tionghoa perantauan yang penuh pesan moral dalam rangka menyambut tahun baru dan menguatkan tujuan-tujuan hidup terhadap kemakmuran bagi yang menyantap, juga nilai-nilai kekeluargaan serta saling menghormati.
Menurut Fernando Iskandar, founder dan CEO Froggy Edutography, tradisi Yee Sang terus dipertahankan karena ada nilai-nilai moral luhur. Tiga esensi Yee Sang ialah kemajuan signifikan, resolusi menjadi lebih baik, dan solidaritas.
"Di sini ada semangat kebersamaan, semangat untuk lebih maju dalam bekerja (kemakmuran), semangat saling menghormati dan mendukung, dan semangat itu harus menjadi pribadi atau karakter," katanya.
Yee Sang atau Yusheng (Hanzi: pinyin: yúshng) adalah masakan Tiochiu berupa salad ikan segar ditambah irisan halus sayuran seperti wortel dan lobak.
Daging ikan yang dipakai adalah irisan ikan tuna atau ikan salem yang sebelumnya bisa sudah direndam dalam campuran minyak wijen, minyak goreng, dan merica. Saus dibuat dari campuran minyak (minyak goreng dan minyak wijen) dengan tambahan saus buah prem, gula pasir, dan bubuk kayu manis.
Dalam Charity Night di Floating Castle di Froggy Edutography ini juga dimeriahkan dengan sejumlah acara khas tahun baru Imlek, seperti menyantap Yee Sang bersama; menyaksikan kepiawaian musikus tradisional Cina dari Miladomus Art & Music School yang memainkan berbagai alat musik seperti Butterfly Guzheng, Dizi, Erhu, Guzheng, dan Pipa; menikmati keterampilan pelukis pasir Abe Rubio; berfoto di booth bersama Buddy Froggy; serta lelang lukisan (auction).
Menurut Fernando, dari Charity Night di Floating Castle ini diperoleh Rp 55.824.000 hasil penjualan tiket dan Rp 10.000.000 dari hasil lelang lukisan. Bagi masyarakat keturunan Cina di Semenanjung Malaya, Yee Sang menjadi hidangan khas Imlek yang dihidangkan sebagai makanan pembuka pada Renri (hari ketujuh bulan pertama kalender Imlek).
Tradisi yang diperkirakan dimulai sekitar 1500 tahun silam di Chaozhou dan Shantou sejak zaman Dinasti Song di Cina Selatan ini pada awalnya dilakukan oleh para nelayan pada hari Renri. Mereka mengadakan pesta atas hasil tangkapan ikannya.
Para pendatang dari Cina inilah yang kemudian secara turun-temurun mempertahankan tradisi Yee Sang. Di sana banyak warung pedagang bubur menyediakan hidangan ikan mentah yang diperkirakan sebagai makanan khas Jiangmen, Provinsi Guangdong. Hidangan tersebut terdiri dari irisan ikan, lobak, dan wortel yang diberi saus campuran minyak, cuka, dan gula.
Saus dihidangkan terpisah dan dicampur sendiri dengan sumpit oleh orang yang memakannya. Menurut tradisi, ketika diaduk dengan saus, ikan dan sayuran harus diangkat tinggi-tinggi di atas piring.
Semakin tinggi Yee Sang terangkat, maka semakin baik pula peruntungan pada tahun yang baru. Yee Sang diaduk bersama-sama oleh orang yang duduk satu meja sambil saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek. Tradisi mengaduk Yee Sang dan mengangkatnya tinggi-tinggi disebut lo hei. Dengan mengangkat tinggi makanan menggunakan sumpit diharapkan rezeki akan bertambah, makin sejahtera, dan panjang umur.
Mengkonsumsi kombinasi makanan bersifat Yin (mendinginkan), yang terdapat pada ikan salmon, dan protein pada makanan bersifat Yang, yang terdapat pada kacang cincang, saus plum, kerupuk, serta campuran madu, acar, dan jahe, maka seseorang dapat mencapai keseimbangan, lebih sehat, dan tentu menjadi lebih sejahtera.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Begini Cara Deteksi Kanker Semudah Tes Kehamilan
Pemenang Indonesia Fashion Design Competition 2014
Mengenal Sakit Kepala Klaster
Sakit Kepala Klaster, Periksakan ke Dokter