TEMPO.CO, Pekanbaru - Dinas Perkebunan Provinsi Riau mencatat peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sejak tiga pekan terakhir telah menghanguskan 7.000 hektare lahan dan perkebunan. "Tidak hanya kebun milik perusahaan yang terbakar, tapi juga milik warga,” kata Kepala Dinas Perkebunan Riau Zulher kepada Tempo, Kamis, 27 Februari 2014.
Zulher belum bisa menyebutkan jumlah kerugian akibat kebakaran itu. Namun warga pemilik kebun maupun yang bekerja sebagai buruh di perkebunan milik perusahaan terancam kehilangan mata pencaharian.
Menurut Zulher, lahan terbakar merupakan kawasan perkebunan sagu, karet, dan kelapa sawit di delapan kabupaten. Di Kabupaten Kepulauan Meranti 3.179 hektare. Di antaranya seluas 1.889 hektare milik warga, sedangkan 1.200 hektare milik perusahaan PT NSP.
Di Pelalawan, luas lahan terbakar mencapai 2.040 hektare, terdiri dari kebun sawit dan karet. Siak 876,50 hektare kebun sawit milik warga, Bengkalis 558 hektare kebun sawit, Indragiri Hilir 204 hekatera kebun sawit milik warga, Indragiri Hulu 50 hektare berupa semak belukar, Kampar 16 hektare lahan kosong, dan Kabupaten Kuantan Singingi 2 hektare lahan kosong.
Zulher mengaku kondisi kebakaran lahan di Riau sudah sangat darurat. Petugas pemadam api kewalahan karena kobaran api terus meluas akibat cuaca yang panas dan angin kencang. Apalagi yang terbakar lebih banyak kawasan lahan gambut. “Sumber air untuk memadamkan api juga sulit didapatkan," ujarnya.
Menurut Zulher, agar kebakaran tidak terus meluas, Dinas Perkebunan Provinsi Riau sudah meminta seluruh perusahaan perkebunan untuk membuat surat pernyataan tidak membakar lahan. Perusahaan juga diminta membantu penanggulangan kebakaran lahan di seluruh wilayah Provinsi Riau. "Jika masih melanggar, kami beri sanksi tegas. Kami cabut izinnya," ucapnya.
Pemerintah Provinsi Riau sudah menyatakan peristiwa kebakaran lahan dalam status darurat. Namun anggaran bencana Rp 10 miliar yang dimiliki dinilai masih kurang. Karena itu, pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana diminta ikut membantu mengatasinya. "Kami minta diberikan bantuan pesawat dan helikopter untuk melakukan pemadaman dari udara," tutur Zulher.
RIYAN NOFITRA