TEMPO.CO, Jakarta - Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai kepariwisataan Indonesia tertinggal oleh negara lain di Asia Tenggara. Menurut peneliti senior CORE, Muhammad Faisal, ketertinggalan itu bisa dilihat setidaknya dari tiga indikator, yaitu jumlah kunjungan, pendapatan, serta pertumbuhan keduanya.
Dari segi kunjungan, wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia masih kalah jauh dibanding negara tetangga. Pada 2011, Malaysia mampu menarik 24,7 juta wisatawan mancanegara. "Boleh saja tahun ini pemerintah mengumumkan bahwa kunjungan wisatawan meningkat menjadi 8,8 juta jiwa dan merupakan rekor, tapi silakan saja dibandingkan dengan Malaysia," kata Faisal di Jakarta, Rabu, 26 Februari 2014.
Saat ini, kata dia, Malaysia mampu menjadi negara penerima wisatawan mancanegara terbesar ke-9 di dunia.
Menurut Faisal, dari sisi pendapatan yang diperoleh dari kunjungan wisatawan mancanegara, pada 2013, Indonesia mendapatkan US$ 10 miliar. Sedangkan Thailand mampu meraup US$ 30,9 miliar pada 2011. Faisal menyebutkan situasi ini ironis. Sebab, dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia mestinya bisa meraih keuntungan lebih banyak.
Angka pertumbuhan kedua indikator tersebut juga dinilai sangat kecil. Pendapatan dari kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia selama sepuluh tahun (2001-2011) hanya 7 persen. "Kalau pertumbuhan kunjungan, hanya sekitar 4 persen. Bahkan angka pertumbuhan tersebut kalah dari negara Kamboja yang tumbuh lima kali lebih cepat," kata Faisal.
FAIZ NASHRILLAH
Berita Lainnya
Bhatoegana Sangkal Terima Duit, Jaksa Akhirnya Putar Rekaman
Ketika Sutan Bhatoegana Saling Bantah dengan Rudi
Bhatoegana Bisa Dihukum Lebih Berat jika Berbohong
Ada 'Buka-Tutup Kendang' di Kasus Rudi Rubiandini
Hasil Lengkap Pertandingan Liga Champions