TEMPO.CO, Phnom Penh - Otoritas Nasional Penanggulangan Narkoba (NACD) meminta pemerintah untuk segera menghentikan impor, penggunaan, serta penjualan shisha dan rokok elektrik di seluruh negeri. Menurut NACD, dua produk itu mengandung nikotin dengan kadar tinggi. "Produk ini akan mempengaruhi kesehatan yang lebih serius daripada rokok," demikian pernyataan NACD dalam surat rekomendasi kepada pemerintah setempat yang diterbitkan Rabu, 26 Februari 2014.
Rokok jenis ini tersebar luas di Kamboja. Beberapa tahun terakhir, perokok muda Kamboja mulai berbondong-bondong beralih ke lounge shisha, terutama turis, di Phnom Penh dan Siem Reap. Shisha, yang juga dikenal sebagai hookah atau hubbly-bubbly, adalah tradisi merokok rasa tembakau melalui pipa dan semangkuk air di Timur Tengah.
Adapun rokok elektrik merupakan perangkat bertenaga baterai yang mensimulasikan merokok dengan pemanasan dan menguapkan larutan yang mengandung nikotin cair. Produk ini memiliki pelanggan meski kecil.
Surat itu juga memerintahkan pihak berwenang untuk menyita tembakau shisha, pipa, dan perlengkapan e-cigarette. NACD menyatakan rokok ini akan merusak generasi muda. Langkah ini menimbulkan kecemasan dari para pengusaha shisha.
Lem Oudom, manajer The Sands Lounge Shisha di Phnom Penh, mengatakan larangan itu tidak adil karena tembakau rasa buah tidak mengandung obat-obatan terlarang. "Namun kami akan mengikuti perintah dan berhenti menjual shisha," katanya, Kamis, 27 Februari 2014.
Menurut sebuah studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005, asap pipa air mengandung senyawa beracun konsentrasi tinggi, termasuk karbon monoksida, logam berat, bahan kimia penyebab kanker, dan mengandung zat adiktif nikotin. Perokok juga menghirup asap berkali-kali dengan jumlah lebih besar dan lebih tebal dari yang dihasilkan oleh rokok normal.
CHANNEL NEWS ASIA | EKO ARI