TEMPO.CO, Jakarta - Konfrontasi antara Rusia dan Ukraina semakin bergema. Gaungnya pun sampai ke telinga penduduk Ukraina di Kota New York. Mulai dari selatan Brooklyn, mimbar-mimbar gereja di East Village, hingga kantor konsulat Rusia yang terletak di Kota Upper East Side--tempat pengunjuk rasa berteriak memerangi militer Rusia yang turut campur tangan. Wajar jika riuh konfrontasi tersebut "terekam" pada bangunan kedutaan dengan empat lantai itu.
Di Manhattan, lebih dari 200 orang menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina, menenggelamkan sejenak suara Frank Sinatra yang sayup terdengar dari ice-skate rink berjarak beberapa meter dari pusat demonstrasi. Mereka mengenakan bendera bercorak kuning-biru, warna yang mendominasi bendera Ukraina. Bendera tersebut ditulis dengan kalimat sama yang digunakan oleh para Protestan Red Square 1968: "untuk kemerdekaan kami dan kalian".
Namun, di Jalan Brighton Beach, tak sulit menemukan para pendukung Presiden Rusia Vladimir V. Putin. Seolah melawan para demonstran di Manhattan, seorang warga bernama Vicotria Abramova menyatakan, "Mereka tak tahu apa yang terjadi di sana." Perempuan 57 tahun yang berasal dari Ukraina selatan itu merasa revolusi tak ada gunanya.
"Akan datang yang lebih buruk setelah revolusi," katanya seperti dilansir The New York Times.
Perbedaan tersebut jelas mencerminkan perbedaan jarak antara imigran dan ekspatriat. Juga menjelaskan perbedaan informasi yang didapat, baik itu siaran televisi, situs Internet yang independen, perbincangan di Skype, dan perkembangan diskusi di Facebook. Beberapa memang semakin menunjukkan perasaan takut dan cemas, termasuk siaran berbahasa Rusia yang dipandu oleh Gregory Davidson.
Minggu di awal Maret ini, Duta Besar Ukraina untuk Amerika Serikat, Yuriv Sergeyev, berbicara kepada warga Ukraina yang tinggal di Negeri Abang Sam itu untuk tetap tenang. "Saya percaya bahwa semua ini akan segera selesai," katanya kepada ribuan warga Rusia dan Ukraina.
Mengacu pada kajian Departemen Pengembangan Kota Amerika Serikat, New York merupakan rumah bagi 60 ribu warga keturunan Ukraina. Kajian tersebut juga menunjukkan 200 ribu orang yang tinggal di New York berbahasa Rusia.
Protes warga Krimea, Ukraina, dimulai sejak pemerintah memberlakukan aturan penggunaan bahasa lain selain bahasa Rusia untuk dokumen resmi di Ukraina. Namun, kenyataannya, lebih dari setengah warga Krimea hanya dapat menggunakan bahasa Rusia untuk melakukan komunikasi.
Karena merasa terancam,h ribuan orang di seluruh timur dan selatan Ukraina membanjiri jalan di kota-kota besar. Mereka mendesak pemerintah daerah untuk tak mematuhi aturan pusat. Penduduk lokal Krimea tersebut menyerukan penolakan terhadap pemerintahan pusat. Akhirnya, pecahlah perang saudara di Krimea.
AMRI MAHBUB | THE NEW YORK TIMES
Terkait:
Petinggi Militer Ukraina Menyempal untuk Krimea
Medvedev: Revolusi Baru Akan Terjadi di Ukraina
Putin Kontak Obama Sebelum Serang Ukraina