TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina Galaila Karen Agustiawan mengubah sebagian besar kesaksiannya di berita acara pemeriksaan dalam sidang terdakwa kasus suap bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini. (Baca: Karen Agustiawan Bersaksi untuk Rudi Hari Ini).
Dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Karen membantah isi berita acara pemeriksaan yang memuat pengakuannya kepada KPK. "Sebagai saksi, saya hanya menjelaskan yang saya alami, saya dengar langsung, atau saya lihat," katanya di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa, 4 Maret 2014. (Baca: Ada 'Buka-Tutup Kendang' di Kasus Rudi Rubiandini).
Karen menyatakan tak pernah dimintai duit oleh anggota Komisi Energi dan Badan Anggaran DPR baik secara langsung, kata Karen, maupun melalui anak buahnya di PT Pertamina. Karen kukuh mengatakan keterangannya dalam BAP keliru. "Saya tak pernah dimintai duit oleh DPR. Saya harus luruskan. Saya tak pernah mengalami sendiri," katanya.
Gara-gara kesaksian Karen, suara ketua majelis hakim Amin Ismanto sempat meninggi. Amin bingung karena dalam BAP Karen mengaku dua anak buahnya, Afdal Bahrudin dan Hanung Butia, dipanggil anggota Komisi Energi DPR dari Fraksi Demokrat, Johny Allen Marbun, dan Ketua Komisi Energi, Sutan Bhatoegana. (Baca: Ketika Sutan Bhatoegana Saling Bantah dengan Rudi).
Di situ, kata Karen, dua politikus Demokrat itu meminta Pertamina segera mencairkan dana tunjangan hari raya buat DPR. Berikut cuplikan percakapan antara Karen dan Amin.
"Ini dibacakan gak BAP-nya?" tanya Amin ke Karen.
"Dibacakan, Yang Mulia," jawab Karen.
"Saudara paraf?" tanya Amin lagi.
"Paraf, Yang Mulia," jawab Karen.
"Mengerti dengan isi BAP?" tanya Amin lagi.
"Mengerti," jawab Karen.
"Lalu dari mana Anda bisa menyusun keterangan itu? Apa Saudara pernah dilapori oleh Afdal dan Hanung?" tanya Amin dengan suara meninggi.
"Tak pernah, Yang Mulia," jawab Karen.
Belakangan, Karen mengatakan keterangannya di depan penyidik KPK itu berasal dari cerita-cerita yang ia dapatkan dari koleganya di Pertamina dan pemberitaan di media. Di situ dia tahu bahwa pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tak pernah gratis.
KHAIRUL ANAM