TEMPO.CO, Donetsk - Kelompok pendukung Rusia di Donetsk, kota yang terletak di timur Ukraina, menguasai gedung pemerintahan dan memproklamasikan pengambilalihan pemerintahan.
Mereka berjumlah sekitar 100 orang saat memasuki gedung pemerintahan wilayah Donetsk pada Senin siang, 3 Maret 2014. Mereka masuk dari pintu belakang gedung kemudian mengamankan ruangan di lantai dasar, lalu ke ruang pertemuan, dan kemudian mengibarkan bendera Rusia di puncak gedung. Ratusan orang juga mengibarkan bendera Rusia dan meneriakkan slogan-slogan menentang pemerintah Ukraina di sekitar halaman gedung.
"Para separatis itu mengumumkan pembentukan pemerintah baru yang dipimpin oleh Pavel Hubarev," kata Oleksiy Matsuka, editor surat kabar Novosti Donbassa.
Menurut Matsuka, kekuasaan para pendukung Rusia itu tidak diakui siapa pun di wilayah itu. Polisi setempat telah mengusut insiden di Donetsk.
Novosti Donbassa melaporkan sentimen terhadap Ukraina menyebar di negara yang penduduknya mayoritas warga Rusia. Insiden di Donetsk juga terjadi di Odessa di Sungai Hitam dan Luhansk, yang berbatasan dengan Rusia.
Di Odessa, sekitar tiga ribu orang pendukung Rusia melakukan aksi turun ke jalan mengelilingi Kota Odessa sambil meneriakkan tuntutan referendum Kemudian mereka menentang orang-orang nasionalis Ukraina yang menuntut mereka menurunkan bendera Rusia.
Sekitar 400 orang di Luhansk memasuki kota sambil melambai-lambaikan bendera Rusia dan bendera Russkoye Edinstvo, kelompok pendukung Rusia. Mereka menegaskan tidak mengakui pemerintahan Kiev dan meminta Putin mengerahkan pasukan militernya ke Ukraina.
Penduduk Donetsk, Luhanks, Odessa, dan Krimea merupakan pendukung utama Rusia di Ukraina.
Baru-baru ini digelar jajak pendapat oleh Democratic Initiatives Foundation dan Kiev International Institute of Sociology di tiga kota. Responden ditanyai pendapat mereka tentang penyatuan kembali Ukraina dengan Rusia.
Hasil jajak pendapat yang dipaparkan Senin, 3 Maret 2014, menyebutkan 33 persen warga Donetsk menyatakan setuju Ukraina kembali bersatu dengan Rusia. Pernyataan serupa disampaikan sekitar 24 persen warga Luhansk. Dan angka tertinggi ada di Crimea, yakni 41 persen.
"Namun untuk Ukrainam, secara keseluruhan persentase, yang mendukung penyatuan kembali Ukraina ke Rusia sekitar 13 persen," kata Volodymyr Paniotto, sosiolog dari Kiev International Institute of Sociology. Dan hanya sekitar 16 persen warga Rusia yang menginginkan unifikasi.
THE GUARDIAN I MARIA RITA HASUGIAN
Berita terkait:
Pentagon Tunda Kerja Sama Militer dengan Rusia
Presiden Terguling Ukraina Berkirim Surat ke Putin
Pasukan Rusia Mengalir Masuk ke Crimea