TEMPO.CO, Paris - Upaya pertama Barat untuk membuat Moskow mundur dari Crimea menemui kegagalan. Hal ini membulatkan langkah Uni Eropa untuk memberlakukan sanksi terhadap Kremlin pada pertemuan puncak darurat pada hari Kamis.
Negosiasi di Paris antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, berakhir tanpa kesepakatan pada Rabu. Eropa dan AS berharap Moskow membuka dialog dengan pemerintah baru di Kiev dan juga menarik pasukannya di Crimea ke pangkalan mereka dan mengizinkan pemantau internasional.
Keduanya diharapkan untuk melanjutkan perundingan di Roma pada Kamis setelah berkonsultasi dengan presiden masing-masing. "Pembicaraan telah bergerak dalam arah yang lebih baik," kata Laurent Fabius, Menteri Luar Negeri Prancis.
Lavrov mengatakan negara-negara Barat sejauh ini melakukan langkah-langkah yang tidak membantu menciptakan suasana dialog. Di lain pihak, Kerry berkeras dia tidak datang ke ibu kota Prancis untuk menemukan jawaban instan terkait krisis di Semenanjung Krim. Selain bertemu Lavrov, Kerry juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrij Deshchytsia.
"Semua pihak setuju bahwa adalah sangat penting untuk mengatasi masalah ini melalui dialog," kata Kerry. "Kami tidak akan membiarkan integritas dan kedaulatan Ukraina dilanggar."
Pertemuan antara Kerry dan Lavrov adalah kontak langsung AS-Rusia pertama sejak krisis Ukraina.
Sementara itu dari Kiev, dilaporkan Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Robert Serry terpaksa mempersingkat kunjungannya ke Ukraina setelah mendapat ancaman dari sekelompok orang yang memaksanya segera meninggalkan negara itu.
Diplomat asal Belanda itu baru saja kembali dari kompleks militer Ukraina, Rabu, 5 Maret 2014. Begitu keluar dari kompleks militer, ia dihadang sekelompok orang berpakaian sipil yang berjumlah sekitar 100 sambil meneriakkan, "Rusia! Rusia!"
Serry kemudian dibawa ke satu kafe dan sempat ditahan oleh kelompok yang tak jelas identitasnya. Penerjemah Serry, Vadim Kastelli, mengatakan kelompok itu menahan Serry untuk tidak berkunjung ke Crimea. Ia digiring kembali dengan kawalan ketat menuju bandara di kota Simferopol tanpa diberi kesempatan kembali ke kamar hotel untuk mengambil tasnya.
Ia kemudian dipaksa terbang dengan pesawat menuju Istanbul. Serry tak berdaya meski berusaha menolak tuntutan kelompok yang diduga bersenjata . "Setidaknya satu di antara mereka bersenjata," kata Kastelli yang mendapat informasi dari jurnalis televisi ITN yang meliput insiden itu.
GUARDIAN | TRIP B