TEMPO.CO , Sao Paulo:Tiga lempengan logam berukuran jumbo itu tiba-tiba melayang dari atap Mineiroa Stadium saat badai menghantam kota Belo Horizonte, Brasil, Sabtu, 1 Maret 2014.
Dua dari tiga logam itu jatuh di bangku penonton sementara satunya mendarat di bangku cadangan pemain. Tiga lubang besar yang menganga di atap stadion kemudian membuat air hujan meluncur deras ke tribun.
"Ini bukan hal yang bagus karena akan ada 65 ribu orang di sini saat Piala Dunia digelar nanti," kata Presiden Asosiasi Perusahaan Teknik Arsitektur dan Konsultasi di Sao Paulo, Jose Roberto Bernasconi.
Untungnya, tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Tapi copotnya tiga logam dari atap stadion itu cukup membuat Sekretaris Jenderal FIFA, Jerome Valcke, miris.
Sebab, Mineiroa Stadium adalah satu dari 12 stadium yang akan digunakan untuk Piala Dunia yang akan digelar 12 Juni -13 Juli mendatang. Bahkan, Mineiroa akan menjadi tempat dihelatnya partai semi final.
Renovasi Mineiroa Stadium sejatinya telah kelar Desember lalu. Seharusnya stadion itu telah siap. Tapi, tak hanya atapnya yang rontok, sistem drainase lapangan ternyata juga tak bekerja.
Air hujan yang mengguyur stadium akhir pekan lalu itu menggenang di beberapa titik di lapangan. Padahal, standar FIFA jelas: tak boleh ada kubangan di lapangan ketika pertandingan berlangsung.
Jerome pun masygul. Jika stadion yang telah rampung saja ternyata tak benar-benar rampung, lantas bagaimana stadion lain yang masih dalam proses pengerjaan?
"Saya bukan spesialis Piala Dunia tapi saya bisa katakan jika proses ini tak akan mudah," kata Jerome. Dan kenyataannya memang begitu. Sebab, dari 12 stadion, 4 di antaranya belum selesai dibangun!
Padahal waktunya kian mepet. Brasil hanya memiliki waktu 96 hari untuk menuntaskan semua infrastruktur, tak hanya stadion, tapi juga bandara, hotel, jalan raya, serta jaringan internet.
"Kini waktunya sudah kurang dari 100 hari sebelum kick off tapi stadion di Sao Paulo (Arena Corinthians --tempat upacara pembukaan akan digelar) belum siap," kata Jerome. "Dua stadion lainnya (di Curitiba dan Manaus) juga belum."
Jerome wajar cemas. Sebab, kata dia, untuk instalasi jaringan internet dan penyiaran per satu stadion saja membutuhkan waktu sedikitnya 90 hari.
Leletnya kinerja Brasil ini telah lama dikeluhkan Presiden FIFA, Sepp Blatter. Desember lalu, ia mencap Brasil sebagai negara penyelenggara Piala Dunia paling lelet sepanjang 40 tahun terakhir.
Brasil, kata Blatter, memiliki waktu 7 tahun untuk mempersiapkan segalanya. Normalnya, waktu persiapan untuk penyelenggara Piala Dunia adalah 5 tahun. "Tapi mereka justru menjadi yang paling lambat kinerjanya."
Pemerintah Brasil sebelumnya berjanji akan menuntaskan pembangunan dan renovasi 12 stadion paling lambat Desember lalu. Tapi, hingga kini, 4 stadion belum kelar. Dua dari 4 stadion itu bahkan diprediksi baru akan kelar pertengahan April mendatang.
Meski begitu, toh, Brasil tetap optimistis Piala Dunia berlangsung sesuai jadwal. Menteri Olahraga Brasil, Aldo Rebelo, bahkan menjawab ringan kecemasan para petinggi FIFA dengan mengilustrasikan Piala Dunia seperti hajatan pernikahan.
"Dalam beberapa acara pernikahan yang saya hadiri, pengantennya selalu telat," kata Rebelo. "Tapi itu tidak berarti acara perkawinannya dibatalkan. Saya pikir, pada akhirnya, semuanya akan berjalan lancar."
GUARDIAN | AFP | REUTERS | FIFA | DWI RIYANTO AGUSTIAR
Berita Terpopuler:
Disebut Atur Proyek SKK Migas, Ini Kata Sepupu SBY
Calon Hakim MK: Mobil Saya Tidak Lima, Cuma Empat....