TEMPO.CO , Jakarta: Rilis data ekonomi Amerika yang kurang memuaskan menyebabkan membuat dolar kembali melemah. Kinerja perekonomian Amerika yang terus memburuk menyebabkan minat investor global terhadap dolar berkurang.
Dalam perdagangan di pasar uang, Kamis, 6 Maret 2014, rupiah menguat tajam 100 poin (0,86 persen) pada level 11.481,5 per dolar. Laporan ADP Nonfarm Employment Change memperkirakan pertumbuhan lapangan kerja baru pada Februari di AS hanya bertambah 139 ribu, jauh dari target yang ditetapkan sebesar 160 ribu.
Bersamaan dengan itu, indeks penggunaan sektor jasa (ISM Non-Manufacturing PMI) pada bulan yang sama juga menurun ke tingkat terendah dalam 43 bulan terakhir, yakni pada level 51,6. Kedua data ini semakin mengkonfirmasi tren perlambatan ekonomi yang terjadi di AS. )Baca: Perkuat Rupiah, BI Gandeng Bank Sentral Korea ).
Analis pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika yang mengecewakan. Tekanan atas dolar yang terus meningkat sejalan dengan data-data ekonomi Amerika yang bergerak jauh dari ekspektasi. “Tren pelemahan dolar bakal terus berlangsung,” kata dia. (baca: Rupiah Diprediksi Menguat Sampai Akhir Tahun).
Aksi beli pihak asing di pasar modal dan surat utang negara (SUN), yang terus meningkat, menjadi indikasi bahwa arus investasi global akan terus masuk ke dalam negeri. Kondisi demikian menyebabkan likuiditas dolar di dalam negeri semakin terjaga.
Pada Jumat, 7 Maret 2014, rupiah diperkirakan terus menguat dan bergerak pada level 11.450 – 11.550 per dolar. Meski demikian, Lindawati tetap mengingatkan potensi terjadinya aksi ambil untung. Alasannya, penguatan signifikan rupiah yang terjadi dalam waktu cepat sangat rawan dimanfaatkan oleh para spekulan.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Pelawak Jojon Tutup Usia
Jojon Meninggal, Dorce Datangi RS Premier
Jojon Pernah Jadi 'Direktur' PT Rejeki Nomplok