Hamburger pertama kali dipasarkan para imigran Jerman yang kabur ke Amerika Serikat pada 1880. Kata hamburger berarti penduduk Hamburg atau sesuatu yang berasal dari kota terbesar kedua di Jerman itu. Sama seperti frankfurter untuk penduduk Frankfurt. Konon, ini karena pendatang Jerman ke Amerika kebanyakan berasal dari Hamburg.
Demi membuat daging terasa lebih empuk, para imigran asal Jerman ini menggiling lagi daging steak yang sudah dibakar dan kemudian menggorengnya dalam bentuk bulatan datar. Daging ini kemudian dimakan dengan cara diletakkan di tengah roti tangkup.
Meski begitu, tidak semua negara membenarkan asal-usul burger dari Jerman. Seorang penjual burger dari Kota Seymour, Wisconsin, AS, bernama Charlie Nagreen, mengklaim bahwa keluarganya yang pertama kali menemukan dan menjual burger pada 1885.
Mereka mengatakan daging burger bukan berasal dari daging steak, melainkan dari bakso sapi yang dihancurkan. Ia menamakan hamburger ciptaannya Hamburger Charlie, dan pertama kali dijual di sebuah pusat makanan bernama Outagamie Country Fair.
Selain Nagreen, ada beberapa orang lainnya yang mengklaim bahwa burger adalah ciptaan mereka. Seperti Charles Menches dari Akron–Ohio, Louis Lassen dari New Heaven-Connecticut, dan Flecher Davis dari Athens-Texas. Siapa pun yang mengklaim pembuatan burger, kini makanan tersebut sudah tersebar di seluruh dunia, tentunya dengan berbagai macam cara olahan yang baru.
Usaha untuk membuat burger dari bahan nabati dimulai sejak akhir 1970-an. Pada 1979, misalnya, Boca Foods Company membuat Boca Burger dari protein kedelai dan gluten.
Veggie burger sudah dijual di London pada 1982 oleh Gregory Sams. Produknya bernama VegeBurger. Mereka memasarkannya di restoran makanan alami yang sudah berdiri di Paddington sejak 1960-an.
Cheta Nilawaty
Baca Juga:
Burger Ini dari Sayur, Tapi Rasanya Seperti Daging
Daging Hamburger Sintetis, Seperti Apa Rasanya?
Maling Tertangkap karena Pamer Burger di Instagram
Burger Bikin Rahang Perempuan Ini Bergeser
Ini Dia Burger Termahal di Dunia
Burger Ramen, Paduan Dua Budaya TEMPO.CO, Jakarta -