TEMPO.CO, Jakarta - Indeks saham regional Asia diperkirakan akan merosot bersamaan dengan rilis laporan melebarnya defisit perdagangan Cina. Saham regional Asia kemungkinan mengikuti tren penurunan di Wall Street, yang juga terkena dampak melemahnya ekspor Cina. (Baca: Ekspor Cina Merosot, Harga Minyak Dunia Melorot ).
Pada penutupan perdagangan Senin, 10 Maret 2014 waktu New York, Indeks Dow Jones turun 33,43 poin (0,20%) ke level 16.419,29. Indeks S&P 500 menipis 0,86 poin (0,05%) ke level 1.877,18, sedangkan Indeks Komposit Nasdaq berkurang 1,77 poin (0,04%) ke level 4.334,44. Selain terpengaruh kondisi Cina, saham di Wall Street merosot karena sentimen negatif yang menerpa produsen pesawat Boeing Company setelah hilangnya pesawat Malaysia Airlines. (Baca:Musibah Malaysia Airlines, Saham Boeing Jeblok).
Namun, perhatian utama investor tetap tertuju pada ekspor Cina yang dikabarkan anjlok 18 persen pada Februari. Defisit neraca perdagangan Cina mencapai US$ 22,98 juta pada Februari 2014. "Ada alasan untuk lebih berhati-hati di pasar. Hanya ada sedikit peluang untuk mendapatkan keuntungan," kata Kepala Alokasi Aset ING Investment Management, Paul Zemsky, dikutip dari Reuters pada Selasa, 11 Maret 2014.
Selain saham Boeing yang turun 1,3 persen, saham-saham lainnya, yakni Freeport McMoran Copper & Gold (FCX.N) kehilangan 2,5 persen menjadi US$ 31,33. Penurunan ini membawa saham Freeport ke level terendah selama lebih dari delapan bulan. Saham Facebook (FB.O) mencapai rekor intraday dari US$ 72,15 setelah UBS menaikkan target harga di online media sosial raksasa sampai US$ 90, dari US$ 72. Saham Facebook ditutup naik 3,2 persen pada US$ 72,03 .
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler
Akal Bulus Sejoli Pembunuh Ade Sara
Pilot Pesawat Malaysia Airlines yang Hilang Hobi Simulasi
Kata Jokowi Soal Eks Tim Suksesnya di Proyek Busway
Terungkap, 'Penumpang Gelap' Malaysia Airlines