TEMPO.CO, Surabaya - Ketua ProFauna Indonesia Rosek Nursahid mengatakan banyaknya satwa mati yang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) disebabkan missed management atau kesalahan manajemen dalam pengelolaan satwa. “Kalau melihat kematian secara berulang kali dan berdekatan, itu jadi tidak wajar,” kata Rosek saat dihubungi Tempo, Selasa, 11 Maret 2014.
Menurut Rosek, kematian dinilai wajar jika disebabkan faktor usia dan sakit yang diderita satwa. Namun kematian menjadi tidak wajar bila penyebabnya berasal dari kondisi kandang yang tidak nyaman dan keamanan yang kurang hingga menyebabkan keteledoran serta membahayakan satwa. Kondisi kandang, kata dia, merupakan faktor yang paling utama untuk kesehatan satwa. (Baca: Pakar Satwa Kelas Dunia Akan Bantu KBS).
Menurut dia, banyak kondisi kandang yang diabaikan oleh manajemen hingga mengakibatkan kematian. Misalnya, puluhan satwa yang ditempatkan dalam satu kandang dengan ukuran yang kurang luas. “Akhirnya, masing-masing satwa merasa terancam karena kompetisi makin kuat. Bisa terjadi perkelahian sampai menyebabkan kematian.” (Baca: KPK Telaah Pengaduan Risma soal KBS).
Ada beberapa hal yang menurut Rosek harus dijadikan fokus utama bagi manajemen KBS. Di antaranya, pembenahan kandang dengan biaya minim dan pengkayaan kandang dengan penambahan miniatur yang membuat satwa agar semakin nyaman. Selain itu, harus ada pengecekan secara total terhadap material sangkar yang dapat membahayakan satwa. “Coba cek besi atau logam yang tajam di dalam kandang.” (Baca: Polisi Temukan Kejanggalan Barter Satwa di KBS).
KBS juga harus menghentikan program penambahan jenis satwa. Bahkan program perkawinan dan kelahiran pun juga harus diberhentikan sementara. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian vitamin keluarga berencana khusus hewan. Bila persoalan kandang belum juga ditangani dengan baik, penambahan satwa akan memberi permasalahan baru. “Itu semua akan sia-sia. Pasti banyak yang mati lagi nanti.”
DEWI SUCI RAHAYU