TEMPO.CO, Denpasar - Menjelang pelaksanaan pemilu legislatif, calon legislator perempuan di Bali diminta meningkatkan kewaspadaan. Sebab, suara merekalah yang paling rawan dicuri atau dipindahkan ke caleg lain. "Caleg perempuan dianggap paling lemah dan pasrah kalau dirugikan," kata Direktur Bali Sruti Luh Riniti Rahayu pada Pelatihan Caleg Perempuan Bali, Kamis, 13 Maret 2014. Mereka pun jarang memiliki saksi pribadi, sementara saksi dari partai umumnya cenderung dari caleg pria.
Berbagai modus pencurian suara antara lain memotong suara caleg dengan menghapus angka nol di akhir urutan angka. Ironisnya, cara-cara kotor itu umumnya malah dilakukan sesama caleg dari satu partai bekerja sama dengan petugas di TPS dan PPK. "Ini yang harus kita awasi," ujar dosen Universitas Ngurah Rai yang sempat menjadi anggota KPU Bali pada 2000-2005 itu.
Ketua Badan Pengawas Pemilu Provinsi Bali Ketut Rudia menyatakan pihaknya tidak akan mengistimewakan caleg perempuan dalam pengawasan pemilu. Dia meminta agar caleg perempuan sendiri memiliki keberanian dan inisiatif untuk melapor setiap pelanggaran.
"Ini agar tidak diskriminatif. Kami menjamin semua laporan akan ditindaklanjuti," tegasnya pada acara yang dihadiri puluhan caleg perempuan se-Bali itu.
ROFIQI HASAN
Terpopuler :
Bunga Duka Jokowi Hingga Prabowo Buat Lukminto
Temui Jokowi, Foxconn Janji Investasi Rp 12 T
Rute Gemuk Merpati Bikin 'Ngiler' Maskapai Lain
Tinggalkan Bisnis PC, Sony Jual Divisi VAIO
Strategi Indonesia Menjadi Negara Maju