TEMPO.CO , Jakarta:Bank Indonesia memprediksi defisit transaksi berjalan pada triwulan kedua 2014 lebih tinggi dibanding pada triwulan sebelumnya. “Akan berada di atas 3 persen, tapi tidak jauh dari kisaran itu,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Jumat, 14 Maret 2014. (baca:Pemilu Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,1 Persen)
Kenaikan angka defisit pada triwulan kedua ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, peningkatan aktivitas ekonomi dalam negeri untuk impor. Selain itu, defisit transaksi berjalan terjadi akibat maraknya pembayaran untuk profit, repatriasi dividen, dan pembayaran bunga. Sedangkan pada triwulan pertama, defisit antara lain disebabkan oleh penurunan nilai ekspor akibat penerapan larangan penjualan mineral mentah.
Sepanjang triwulan pertama, menurut Perry, defisit transaksi berjalan diperkirakan di bawah 2 persen dari produk domestik bruto. Meski melonjak pada triwulan kedua, dia memperkirakan defisit pada dua triwulan berikutnya akan turun.
Bank Indonesia memperkirakan, defisit transaksi berjalan akan mencapai 2,5 persen dari PDB pada tahun ini. Dia yakin angka defisit akan terus turun secara perlahan. “Ada kecenderungan turun, tapi butuh waktu,” kata Perry. Untuk menekan angka defisit, menurut dia, salah satu caranya adalah menerapkan kebijakan suku bunga acuan atau BI Rate. Suku bunga acuan juga berfungsi menjaga inflasi. (baca:Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Direvisi)
Ekonom Standard Chartered, Erick Sugandi, berpendapat serupa. Dia memperkirakan neraca perdagangan akan kembali surplus dan defisit transaksi berjalan dapat ditekan.
Selain angka impor yang melambat, surplus neraca perdagangan disebabkan oleh bergairahnya ekspor seiring dengan pulihnya kondisi ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia. “Harga komoditas sudah menunjukkan adanya perbaikan. Ini yang mendorong surplus,” ujarnya.
ANGGA SUKMA WIJAYA| MARIA YUNIAR
Berita Terkait
Pemilu Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,1 Persen
Inflasi Februari 2014 Turun
Budi Mulya: FPJP Century Sudah Dikembalikan ke BI
BI Nilai Pasar Keuangan Lebih Efisien