Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Vitor dan Selebaran Memanggil Pulang (4)

image-gnews
Vitor Da Costa di Bekasi Timur (15 Februari 2014). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Vitor Da Costa di Bekasi Timur (15 Februari 2014). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Sepanjang periode 1975 hingga 1999, tatkala Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia, ribuan anak Timor Leste dibawa ke Indonesia dengan kapal.  Mereka diangkat menjadi anak oleh keluarga-keluarga tentara. Ada yang dititipkan ke panti asuhan hingga pesantren.   

Disertasi doktoral Helene van Klinken di University of Queensland, Australia, yang diterbitkan menjadi buku Making Them Indonesians, Child Transfer Out of East Timor pada 2012, mengungkapkan di Indonesia mereka “dipaksa” berasimilasi dengan Indonesia. Tempo melakukan penelusuran terhadap anak-anak tersebut, yang kini telah dewasa dan menemukan kembali keluarga aslinya.  Berikut tulisan keempat dari enam tulisan yang disajikan disini. 

Tak mudah bagi Vitor Kaimanu da Costa Pinto, 37 tahun, bertemu dengan keluarga besarnya di Bacau, Timor Leste. Butuh waktu 26 tahun bagi pria yang kini bekerja di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) itu untuk mengetahui siapa ayah dan ibunya.

Kejadian bermula dari depan Gereja Baguia, Baucau, saat Vitor yang berusia tiga tahun dibawa oleh PS, seorang kontraktor dan tenaga bantuan operasional (TBO). Dengan surat perjalanan yang ditandatangani camat, PS membawa Vitor dan belasan anak-anak panti asuhan yang dikelola seorang pastor dari Spanyol ke Jakarta pada 1979. (Baca: Kisah Mengindonesiakan Paksa Anak Timor Leste (1))

Vitor tinggal di rumah PS bersama tiga anak kandung keluarga itu. Ibu angkatnya tak terlalu suka kehadirannya karena menambah beban keluarga. Vitor pun sempat beberapa kali pindah rumah, sekali waktu ia tinggal di rumah kakak PS di Cijantung, pernah pula di keluarga adik PS.

Saat duduk di kelas lima SD, Vitor mencoba menanyakan perihal keluarganya. PS memberi tahu bahwa ayahnya seorang milisi. “Sosoknya tinggi,” kata Vitor menirukan ayah angkatnya itu. “Dia tak bercerita banyak, hanya menceritakan bahwa ayah saya pernah bertugas di Baguia, Viqueque, dan Los Palos.” Memasuki bangku SMP, Vitor memutuskan keluar dari rumah, berusaha mandiri dan mencari penghidupan sendiri dengan menjadi kenek tukang bangunan, lalu bekerja di toko bunga. Hal itu dilakukan hingga dia SMA.

Pada usia remaja ini, Vitor mulai melihat aksi-aksi demo dan mulai ikut-ikutan. Hingga suatu ketika dia melihat aksi demo soal Timor Timur di depan kantor Lembaga Bantuan Hukum. Dari selebaran yang diberikan demonstran, Vitor menjadi tertarik bergabung karena merasa sebagai orang Timor Timur. Mulai 1995, ia aktif memimpin demo buruh dan advokasi masalah lainnya.

Aktivitasnya ini menyebabkan dia sempat dipenjara di Cipinang dan bertemu dengan pemimpin Fretilin, Xanana Gusmao. Uniknya, selama bergaul dengan sesama aktivis, Vitor tak menceritakan dirinya sebagai orang Timor Timur. (Baca: Identitas Ribuan Anak Timor Leste Diganti (2) )

Vitor mencoba mencari keluarganya pada 2004. Ia hanya mengantongi secuil petunjuk tentang keluarganya. Dia menggunakan jalan darat menuju Kupang, menembus Timor Leste melalui Atambua dengan biro perjalanan seharga Rp 145 ribu. “Saya mendapatkan visa dan paspor di sana,” ujarnya.

Sesampai di Dili, dia menuju Yayasan HAK, sebuah organisasi yang mengadvokasi hukum dan hak asasi manusia di Timor Leste. Beberapa pengurus dia kenal dan bersedia membantu. Mereka lalu menelusuri jejak keluarga Vitor dengan mendatangi Camat Bagia. Sayang, sang camat tak mempunyai informasi. Sedikit titik terang muncul tatkala seseorang bernama Oscar yang yakin mengenal ayah dan kakak Vitor. Lalu Oscar datang dengan seorang laki-laki paruh baya.

Saat itu Vitor sedang duduk-duduk ketika laki-laki berkata, ”Itu betul anak Alberto. Waktu di hutan, saya yang mengawal. Dia dibawa gerobak didorong-dorong,” ujar laki-laki yang ternyata adalah paman Vitor.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Si lelaki sepuh mengatakan Vitor anak Alberto dan Tria-Maria. Wajah Vitor sangat mirip mereka. Pertemuan itu terjadi pada 16 Januari 2005. Vitor lalu dibawa ke rumah sang paman. “Tidak keruan juga rasanya, antara percaya dan tidak,” ujarnya.

Hari berikutnya Vitor bertemu keluarga lainnya dari Viqueque, Baucau. Saat bertemu mereka pun tak bisa langsung berkomunikasi. Beruntung, salah satu sepupunya bisa berbahasa Indonesia karena pernah kuliah di Jember, Jawa Timur. Dari sana Vitor mengetahui silsilah keluarganya. Kedua orang tuanya sudah meninggal.Vitor tak diizinkan melihat kuburan mereka. “Karena belum dilakukan upacara adat,” ujar Vitor.

Pada 2010, Vitor kembali lagi ke Timor Leste. Kali ini dia kembali kepada keluarga besarnya disertai upacara adat yang menghabiskan dana hingga US$ 7.000. Upacara ini digelar di Salamalare, Laga, Baucau. Teman-temannya membentuk kepanitiaan dan mengumpulkan dana upacara.

Acara adat ini rupanya untuk “menghidupkan” lagi dirinya yang sudah dianggap mati. Sebuah batu nisan konon menandai kuburannya. Tetapi Vitor pun tak diperbolehkan melihat kuburannya itu. Setelah upacara berlangsung, batu nisan pun dibuang. (Baca:Kursi Kosong yang Selalu Ada (3))

Kini ia masih terus mencari Batista, kakak kandungnya semata wayang. Batista konon berada di Surabaya dan bergabung di Angkatan Laut. Tapi hingga kini belum ada titik terang. Kakaknya pun bernasib sama dengan dirinya, diambil saat keadaan perang.

Dian Yuliastuti | Purwani Diyah Prabandari (Jakarta) | Sri Pudyastuti Baumeister (Stuttgart)

Topik terhangat


Berita terkait
Identitas Ribuan Anak Timor Leste Diganti (2)
Kursi Kosong yang Selalu Ada (3)
Misa Arwah dan Dansa Sang Putri (5)
Anak-anak Timor Leste Menemukan Jalan Pulang (6) 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

16 November 2023

Ilustrasi mata uang dollar Amerika Serikat. TEMPO/Imam Sukamto
Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

Keputusan devaluasi itu berdampak yang luas terhadap kondisi ekonomi negara dan memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan pelaku ekonomi.


Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Bendera dan Atribut Partai menghiasi lokasi berlangsungnya Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 6 Desember 2014. Munas tandingan yang dilaksanakan oleh Presidium Penyelamat Partai Golkar ini rencananya akan dihadiri oleh 240 DPD provinsi dan kabupaten/kota. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?


Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

3 Agustus 2023

Seorang anggota TNI, yang bertugas menjaga pos perbatasan Indonesia - Timor Leste, mengajar murid SDN di Belu, Nusa Tenggara Timur, 7 Oktober 2015. Selain menjaga perbatasan, anggota Satgas Pamtas juga membantu masyarakat sekitar  dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan. ANTARA/Prasetyo Utomo
Kurikulum Bahasa Indonesia Diuji Coba di Sekolah Timor Leste

KBRI Dili melakukan uji coba pengembangan kurikulum Bahasa Indonesia untuk sekolah-sekolah di Timor Leste.


TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

21 April 2023

Situasi pengunjung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur yang mengabadikan momen di alun-alun monumen Tugu Api Pancasila saat libur tahun baru 2023. Ahad, 1 Januari 2023. Foto: ANTARA/Fitra Ashari
TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

Digagas sejak Maret 1970, pembangunan proyek TMII dimulai pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 atau 48 tahun silam.


Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

12 Januari 2023

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Timor Leste Adaljiza Albertina Xavier Reis Magno di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu, 11 Januari 2022. Dok: Kemlu
Indonesia dan Timor Leste Bahas Masalah Perbatasan hingga Kerja Sama Ekonomi

Sejumlah isu dibahas dalam pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Indonesia dan Timor Leste kemarin, seperti peluang meningkatkan kerja sama ekonomi dan penyelesaian batas darat antara kedua negara.


Jaring Mahasiswa Internasional, ITS Gelar Seleksi Langsung di Timor Leste

6 Desember 2022

Peserta calon mahasiswa internasional pada tes masuk ITS di Timor Leste. Foto : ITS
Jaring Mahasiswa Internasional, ITS Gelar Seleksi Langsung di Timor Leste

ITS menggelar rangkaian promosi dan seleksi masuk calon mahasiswa baru ITS 2023 di Timor Leste.


Temui Mahfud MD, Xanana Bahas Perbatasan Indonesia-Timor Leste

4 Februari 2020

Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste, Xanana Gusmao, saat ditemui usai bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Februari 2020. Tempo/Egi Adyatama
Temui Mahfud MD, Xanana Bahas Perbatasan Indonesia-Timor Leste

Penyelesaian perbatasan Indonesia dan Timor Leste akan dilakukan secara politik dan mempertimbangkan masyarakat yang tinggal di sana.


Pemerintah RI - Timor Leste Kerja Sama Jaga Perairan Indonesia

14 Agustus 2019

Wisatawan yang menaiki perahu bermesin melintas di perairan Tiga Gili menuju Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa, 27 November 2018. Empat bulan pascagempa Lombok, kawasan wisata Gili Trawangan mulai ramai dikunjungi wisatawan. ANTARA
Pemerintah RI - Timor Leste Kerja Sama Jaga Perairan Indonesia

Pemerintah Indonesia dan Timor Leste sepakat kampanye bersama untuk menjaga ekosistem Perairan Ekosistem Laut Besar Indonesia atau ISLME.


Indonesia Diminta Terus Dukung Timor Leste Jadi Anggota ASEAN

28 Juni 2018

Presiden Jokowi (kiri) mempersilakan Presiden Timor Leste Francisco Guterres Lu Olo (kanan) menyampaikan keterangan pers bersama saat kunjungan kenegaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis, 28 Juni 2018. Kunjungan Presiden Guterres Lu Olo ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama sejak dia dilantik pada 2017. ANTARA
Indonesia Diminta Terus Dukung Timor Leste Jadi Anggota ASEAN

Presiden Timor Leste Francisco Guterres melakukan kunjungan ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor pada hari ini.


Menlu Retno Bertemu Menlu Timor Leste, Ini yang Dibahas

31 Januari 2018

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, melihat dua WNI yang diculik dan disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan dan berhasil dibebaskan pada 19 Januari 2018. Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Menlu Retno Bertemu Menlu Timor Leste, Ini yang Dibahas

Menlu Retno mengatakan pertemuannya dengan Menlu Timor Leste Aurelio Sergio Guterres di kantornya hari ini berlangsung efektif dan konstruktif.