TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai Indonesia kekurangan sumber daya untuk menjalankan tugas kearsipan. "Sumber daya itu luas ya, manusia, teknologi dan keuangan," kata dia di kantornya, Senin, 17 Maret 2014.
Padahal, tutur Agus, arsip menjadi elemen penting bagi lembaga negara. Pengelolaan arsip selama ini sering diartikan sebagai pengumpulan dokumen semata.
Menurut Agus, kearsipan memiliki tiga arti. Pertama, arsip sebagai kumpulan peristiwa masa lalu dan masa kini, yakni untuk catatan sejarah. Kedua, arsip mencerminkan identitas bangsa. Ketiga, pengelolaan arsip yang baik merupakan bentuk akuntabilitas dan transparansi.
Dalam hal ini, kata Agus, publik bisa mengakses kebijakan pemerintah. "Negara maju itu selalu punya dokumentasi lengkap mengenai hal yang telah dilakukan pendahulu mereka," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan Bank Indonesia bekerja sama dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk melakukan assessment dalam alih media, yaitu mengalihkan berkas ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Departemen Logistik Pengamanan Bank Indonesia, Heru Pranoto, menyebut ada 87.782 berkas yang harus dialihkan dari Bank Indonesia ke OJK. "Tersebar di sembilan satuan kerja (satker) perbankan pusat dan 40 kantor perwakilan di dalam negeri," ujarnya.
Penyerahan dokumen ini akan dilakukan dalam dua periode. Periode pertama, sebanyak 84.905 berkas diserahkan pada 31 Desember 2013. Semua berkas ini berkapasitas 3,5 Terrabyte. Adapun pada 31 Maret mendatang, 2.877 berkas akan diserahkan kepada OJK.
MARIA YUNIAR