TEMPO.CO , Jakarta - Pengamat sektor energi, Kurtubi, mengatakan dampak kabut dan polusi asap di Riau tidak akan terlalu mempengaruhi produksi minyak di wilayah tersebut. Sebab sistem eksplorasi dan eksploitasi minyak oleh para kontraktor sudah dilakukan secara otomatis menggunakan peralatan canggih. "Karyawan hanya melakukan kontrol, mereka memantau produksi dari ruangan berpendingin dan mungkin hanya sesekali turun ke lapangan," kata dia kepada Tempo, Ahad, 16 Maret 2014.
Pernyataan Kurtubi bertentangan dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang menyebut kabut asap mengganggu kinerja beberapa kontraktor minyak di Riau. Lebih jauh Kurtubi menolak anggapan bahwa kabut asap akan menurunkan produksi minyak secara nasional. Sebab, kata dia, seandainya asap menutupi sumur-sumur minyak, produksi tetap akan berlangsung karena tidak menggunakan tenaga manusia. "Jadi naif menurut saya, jika dikatakan asap Riau bisa mengurangi produksi," ujarnya. (Baca: Walhi: SBY Telat Atasi Asap Riau).
Sebelumnya SKK Migas mengatakan kabut asap di Riau mengganggu kinerja sedikitnya tiga kontraktor minyak yakni PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), PT BOB- Bumi Siak Pusako, dan PT EMP Malacca Strait. Menurut juru bicara SKK Migas, Handoyo Budi Santoso, gangguan produksi minyak paling tinggi terjadi di wilayah kerja Rokan yang dioperasikan Chevron Pacific. Kualitas udara yang buruk memaksa Chevron untuk melakukan perawatan darurat terhadap sumur North Duri Cogen dan menyebabkan penurunan daya (power shedding) sebesar 70 mega watt (MW). (Baca: Produksi Minyak Mentah Anjlok Gara-gara Kabut Asap).
Handoyo mengatakan Chevron harus menutup 573 sumur dan 19 unit pompa untuk injeksi air. SKK Migas memperkirakan Chevron kehilangan potensi produksi 8.800 barel minyak per hari (Bph) dari wilayah kerjanya. "Beberapa kegiatan konstruksi dan perawatan fasilitas produksi terpaksa dihentikan karena minimnya jarak pandang di area kegiatan tersebut," kata dia dalam keterangan tertulis, Ahad, 16 Maret 2014. (Baca juga: Gangguan Kabut Asap Riau, Chevron Paling Merugi).
Menurut Handoyo, Chevron kini menghadapi kenaikan biaya operasional rig karena sampai penundaan operasi pengeboran. Hingga saat ini Chevron sudah menunda pengeboran selama 800 jam dari 15 rig. Sejak 13 Maret 2014, semua wilayah operasi Chevron Pasific sudah berada dalam kategori merah yang ditunjukkan dengan Indeks Standar Polusi (Pollution Standard Index/ PSI) di atas 500. "Kegiatan pekerja di luar ruangan terpaksa dikurangi dan harus dilakukan secara bergantian untuk menghindari paparan asap," ujarnya.
Selain Chevron Pasific, gangguan operasi juga dialami oleh PT BOB- Bumi Siak Pusako yang mengoperasikan Wilayah Kerja Coastal Plains and Pekan Baru (CPP). Potensi produksi yang hilang akibat gangguan di wilayah kerja CPP mencapai 4 ribu Bph. Kabut asap juga mempengaruhi operasi wilayah kerja Malacca Strait yang dioperasikan PT EMP Malacca Strait. Di ladang ini, potensi kehilangan produksi mencapai 7 ribu Bph.
SKK Migas memperkirakan kehilangan produksi minyak akibat kabut asap Riau mencapai 12 ribu Bph.
AYU PRIMA SANDI
Berita Bisnis Lainnya
Order Percetakan Pemilu Kebanyakan dari Luar Jawa
Kapok Ditipu, Pengusaha Tolak Order Kaos Caleg
Trik Pembuat Atribut Kampanye Hindari Caleg Penipu
Gangguan Kabut Asap Riau, Chevron Paling Merugi
Order Cetakan Kampanye, Caleg Harus Bayar Tunai