TEMPO.CO , Jakarta- Efek pencalonan Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden oleh PDI Perjuangan diperkirakan masih membawa dampak positif bagi nilai tukar rupiah. (Baca: Pengusaha Respons Positif Jokowi Calon Presiden).
Namun di sisi lain, meningkatnya krisis politik Rusia akibat ketegangan di Semenanjung Crimea, Ukraina, akan mendorong aksi beli aset save haven seperti dolar, yang ujung-ujungnya akan mengancam kekuatan rupiah.
Menurut analis PT Bank Saudara, Rully Nova, memperkirakan krisis di semenanjung Crimea akan mendorong terjadinya peralihan portofolio investasi dari aset-aset beresiko ke aset-aset yang aman. Pada akhirnya, kata dia, investor yang enggan menanggung resiko kerugian memilih melepas sebagian aset berisiko. "Termasuk investasi yang berbasis rupiah," kata dia kepada Tempo.
Padahal pada Jumat, 14 Maret 2014, rupiah berhasil menguat menjadi 11.356 per dolar Amerika Serikat. Kepastian pencapresan Joko Widodo oleh PDI Perjuangan telah membuat rupiah kembali bergerak di kisaran 11.300 per dolar, setelah sempat turun menyentuh level 11.500. (Baca: Pencapresan Jokowi Dorong Penguatan Rupiah).
Menurut Rully, efek pencapresan Jokowi dalam perdagangan akhir pekan lalu tidak terlalu berpengaruh pada pergerakan rupiah pada hari ini, Senin, 17 Maret 2014. Kelanjutan krisis Crimea kemungkinan akan membuat rupiah bergerak dalam pada interval 11.300-11.400 per dolar.
Hasil referendum yang diprediksi akan membuat Crimea menjadi bagian dari federasi Rusia bisa membuat Amerika dan sekutunya bersikap lebih keras. Jika hal itu sampai terjadi, pasar keuangan Rusia akan semakin memburuk dan dapat berimbas negatif pada pasar keuangan global. (Baca : Pemilu Sumbang Pertumbuhan Ekonomi 0,1 Persen ).
M. AZHAR
Berita Bisnis Terpopuler
Order Percetakan Pemilu Kebanyakan dari Luar Jawa
Kapok Ditipu, Pengusaha Tolak Order Kaos Caleg
Trik Pembuat Atribut Kampanye Hindari Caleg Penipu
Gangguan Kabut Asap Riau, Chevron Paling Merugi