TEMPO.CO, Tegal - Memasuki hari ketiga masa kampanye pemilihan umum legislatif 2014, wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah masih tampak lengang dari aktivitas partai politik menggalang suara. Keterbatasan anggaran menjadi alasan sejumlah partai politik untuk tidak terlalu larut dalam kegiatan kampanye terbuka.
"Kami memang sedang menghemat pengeluaran," kata Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Tegal, Supandi, Selasa, 18 Maret 2014. Keterbatasan anggaran jugalah yang memaksa partai berlambang kepala banteng itu meninggalkan tradisi kampanye dengan konvoi motor.
Baca Juga:
"Selain menelan banyak pengeluaran, konvoi motor kini justru mengurangi simpati masyarakat," ujar Supandi. Resminya penetapan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebagai calon presiden dari PDIP juga belum direspons dengan pendirian posko-posko pemenangan Jokowi di Kota Tegal dan daerah sekitarnya.
Menurut Supandi, saat ini partainya masih mengandalkan para calon legislator yang aktif berkampanye dengan blusukan ke daerah pemilihannya. Adapun dari sejumlah juru kampanye nasional yang ditunjuk Dewan Pimpinan Pusat PDIP, hanya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang dijadwalkan akan mengunjungi Tegal.
Ganjar akan menghadiri kampanye tertutup PDIP di Gedung Nusa Bahari, Kota Tegal, pada Sabtu, 22 Maret 2014. "Setelah konsolidasi itu, kami baru gencar kampanye meski tetap secara sederhana," kata Supandi.
Hampir sama dengan PDIP, DPC Partai Keadilan Sejahtera Kota Tegal juga lebih mengandalkan para kadernya yang blusukan ke rumah-rumah penduduk untuk menggaet suara. Setiap kader PKS dibebani tugas meraih 20-40 suara demi target perolehan sebanyak 1,8 juta suara di Jawa Tengah. "Kader kami sudah aktif bersosialisasi dengan sukarela," kata Ketua DPC PKS Kota Tegal, Amirudin.
Menurut Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Tegal, Muhammad Kodir, sebagian besar partai politik di Tegal kurang berminat menggelar kampanye terbuka. "Sejak awal sudah kami tawarkan jadwal kampanye terbuka. Tapi mereka memang tampak malas-malasan," kata Kodir saat dihubungi Tempo.
Dari pengamatan Kodir, masa kampanye pemilu legislatif di wilayah Pantura terkesan lesu, gairahnya tidak sebesar di daerah-daerah lain. Tradisi kampanye dengan mengerahkan massa dalam jumlah besar kini berangsur ditinggalkan. Selain menelan biaya besar, kampanye semacam itu justru kurang optimal karena adanya sistem pembagian daerah pemilihan.
"Sekarang parpol lebih enjoy dengan kampanye tertutup, seperti para caleg blusukan ke acara pengajian dan lain-lain," ujar Kodir. Pelanggaran aturan kampanye yang ditangani Panwaslu Tegal hingga kini masih sebatas pada perusakan alat peraga, seperti penumpukan gambar caleg di atas caleg lain yang lebih dulu memasang poster atau spanduk.
DINDA LEO LISTY